REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Kapten timnas Inggris, Steven Gerrard, menegaskan dirinya beserta seluruh skuat The Three Lions mempertimbangkan untuk meninggalkan laga di tengah pertandingan dalam Piala Eropa kali ini.
Hal tersebut akan dilakukan sebagai bentuk boikot apabila pelecehan rasial menimpa tim asuhan Roy Hodgson tersebut. "Kami telah membicarakannya. Jika itu (pelecehan rasial) terjadi, hal pertama yang kami lakukan adalah berhenti bermain dan berdiskusi dengan wasit," ujar Gerrard seperti dilansir Reuters, Ahad (10/6).
Masalah ini memang menjadi perhatian utama timnas Inggris. Itu disebabkan adanya delapan pemain berkulit gelap dari 23 pemain yang dibawa oleh Hodgson. Selain itu, pihak keluarga dari para pemain telah diminta untuk tetap berada di Inggris, terkait maraknya pelecehan rasial di Polandia dan Ukraina.
Pernyataan Gerrard mendapat dukungan penuh dari politisi senior Inggris, Douglas Alexander. Menurutnya para pemain yang mengalami pelecehan rasial memiliki hak untuk melakukan boikot. "Mereka harus didukung," ucap Alexander dalam tulisannya di Daily Mail.
Komentar senada diungkapkan oleh legenda timnas Belanda, Ruud Gullit. Menurutnya, para pemain tidak boleh tinggal diam apabila mendapati pelecehan rasial selama perhelatan kompetisi sepakbola tertinggi di Benua Biru tersebut.
"Jika pemain mendapatkannya (pelecehan rasial), maka ia memiliki hak untuk meninggalkan lapangan," ungkap pahlawan tim oranye di Piala Eropa 1988 tersebut.
Pernyataan ketiganya seolah menjadi jawaban dari pernyataan Presiden UEFA Michel Platini menjelang dimulainya Piala Eropa tahun ini. Kala itu, Platini menegaskan, wasit dapat mengeluarkan kartu kuning kepada pemain yang meninggalkan lapangan akibat mengalami pelecehan rasial. Platini mengklaim, UEFA bersama dua tuan rumah yakni Polandia dan Ukraina, telah berupaya keras untuk membendung isu rasisme ini.