REPUBLIKA.CO.ID, GDANSK - Tidak seorang pun pernah berpikir untuk bertanya apa yang dapat diulangi oleh Iker Casillas, setelah ia untuk pertama kalinya mengangkat trofi Liga Champions sebagai pemuda berusia 19 tahun.
Setelah 12 tahun dan sederet prestasi mengagumkan - gelar Liga Champions lainnya, lima mahkota Liga Spanyol, kesuksesan di Piala Eropa 2008, kiper Spanyol yang paling banyak membela timnas, catatan paling banyak tidak kemasukan dibandingkan kiper internasional lainnya, daftar ini terus bertambah.
Kini kiper berusia 31 tahun ini mungkin melihat kemenangan atas Kroasia yang didapat pada Senin dengan rasa bangga, bukan saja karena catatan tidak kemasukan ke-76 dia dari 134 pertandingan bersama timnas memastikan Spanyol menjadi juara Grup C, namun juga berkat penyelamatan gemilang saat menghentikan sundulan Ivan Rakitic.
Penyelamatan tersebut sekali lagi menunjukkan bagaimana Casillas membangun kepercayaan diri tim dari belakang, dan ia juga tampil memukau pada pertandingan pertama melawan Italia pada 10 Juni, ketika ia melakukan penyelamatan terhadap ancaman dari Claudio Marchisio dan Thiago Motta untuk memastikan sang juara bertahan tidak kalah di partai pertama.
"Kami sangat gugup dan hal itu tidak memudahkan. Kami sedikit kehilangan ketenangan," kata Casillas setelah pertandingan.
"Itu pertandingan yang sulit dan berat," kata kapten Spanyol tersebut, yang mendapat pujian dari pers sebagai tulang punggung tim. "Casillas menghindarkan (Spanyol dari) bencana," demikian judul tulisan depan harian El Pais.
Ini bukan pertama kalinya kiper veteran itu menyelamatkan timnya. Pada Piala Dunia dua tahun silam, ia melakukan aksi terbaiknya ketika menggagalkan peluang pemain Belanda, Arjen Robben, saat berada dalam situasi satu lawan satu, yang memastikan Spanyol dapat "memperpanjang nafas" untuk kemudian menang pada masa perpanjangan waktu, melalui penyelamatan dengan kaki kanannya.
Bahkan sebelumnya ia juga menjadi pahlawan saat menggagalkan dua eksekusi penalti pada perempat final Piala Eropa 2008, untuk mengalahkan Italia dan akhirnya membawa Spanyol menghancurkan rintangan psikologis karena tidak pernah melewati babak delapan besar di ajang-ajang sepak bola utama.
Sebelumnya, Spanyol terakhir kali menjadi juara adalah saat memenangi Piala Eropa 1964. Dan di Afrika Selatan dua musim panas silam, ia menggagalkan eksekusi penyerang Paraguay, Oscar Cardozo, untuk membawa Spanyol ke semifinal, di mana mereka meraih kemenangan atas Jerman, sebelum menundukkan Belanda untuk memberi gelar juara dunia pertama bagi Spanyol.
Casillas mendapat penghormatan luas karena telah menjadi 'batu karang' di tim Spanyol yang berniat mempertahankan gelar juara Eropa mereka, yang akan membuat Spanyol semakin dekat pada kesuksesan berturut-turut ketiga di turnamen-turnamen sepak bola utama.
Bahkan tim yang ditundukkan Spanyol juga memberi pujian pada Casillas, ketika Spanyol bergerak menuju akhir turnamen.
"Apa yang dapat saya katakan mengenai Casillas? Kita semua tahu betapa bagusnya ia. Ia kemungkinan merupakan kiper terbaik atau salah satu yang terbaik di dunia pada sepuluh tahun terakhir," kata pelatih Kroasia, Slaven Bilic.
"Ia tenang, tahu bagaimana untuk bereaksi terhadap setiap bagian permainan dan meletakkan tekanan ke depan."
Ia mungkin bukan simbol tiki-taka - namun Casillas tidak diragukan lagi merupakan simbol dari generasi emas sepak bola Spanyol.