Selasa 20 Nov 2018 15:00 WIB

Hadang Ekspor Kelapa Sawit, Pemerintah Diminta Audit LSM

Komoditas sawit berkontribusi besar bagi devisa negara sekaligus sumber devisa utama

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta mengatasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Greenpeace yang dinilai mengganggu perekonomian negara. Tindakan Greenpeace yang menghadang kapal tanker sawit di Teluk Cardiz, Spanyol, berdampak buruk ekspor sawit Indonesia.

Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno mengatakan, pemerintah harus mampu mengamankan kepentingan ekonomi nasional di pasar global, salah satunya komoditas sawit. "Negara harus berpihak kepada minyak sawit yang berada dalam ancaman Greenpeace. Karena selama ini, negara merasakan keuntungan dari penerimaan devisa negara," kata dia melalui siaran pers.

Komoditas sawit berkontribusi besar bagi devisa negara sekaligus sumber devisa utama dengan capaian 22,97 miliar dolar AS atau Rp 318 triliun pada 2017. Dampak positifnya adalah neraca dagang nonmigas surplus sebesar 11,83 miliar dolar AS.

Benny menyebutkan, kemampuan sawit untuk menutup defisit neraca perdagangan sangatlah penting bagi pemerintah. Menurutnya, aksi Greenpeace yang terlalu lama dibiarkan berdampak pada terhambatnya ekspor sawit ke Eropa.