Rabu 21 Nov 2018 08:31 WIB

Trump akan Tetap Jadi Mitra Setia Saudi

Trump telah menentang tekanan dari anggota parlemen AS untuk memberi sanksi ke Saudi.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Foto: AP Photo/Pablo Martinez Monsivais
Presiden Amerika Serikat Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan tetap menjadi mitra setia Arab Saudi. Hal tersebut diungkapkannya, meskipun Trump mengakui Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mungkin sudah mengetahui rencana pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi bulan lalu.

Trump telah menentang tekanan kuat dari anggota parlemen AS untuk menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Arab Saudi. Ia juga mengatakan dia tidak akan membatalkan kontrak militer dengan kerajaan itu.

Menurutnya, pembatalan kontrak militer dengan Saudi adalah langkah bodoh yang hanya akan menguntungkan Rusia dan Cina, pesaing AS di pasar persenjataan. Trump mengatakan badan-badan intelijen AS masih mempelajari bukti seputar pembunuhan Khashoggi di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu dan siapa yang merencanakannya.

"Bisa jadi Putra Mahkota mengetahui tentang peristiwa tragis ini - mungkin dia melakukannya dan mungkin juga tidak!" ujar Trump dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih, pada Selasa (20/11).

Trump menekankan Arab Saudi, negara produsen minyak utama dunia, adalah mitra bisnis penting dan sekutu besar AS dalam perang melawan kekuatan Iran di Timur Tengah. "Amerika Serikat bermaksud untuk tetap menjadi mitra setia Arab Saudi untuk memastikan kepentingan negara kita, Israel, dan semua mitra lain di kawasan itu," kata Trump.

Komentarnya itu bertentangan dengan CIA yang menyatakan percaya kematian Khashoggi diperintahkan langsung oleh putra mahkota, penguasa de facto Arab Saudi yang dikenal luas dengan inisialnya, MBS. Trump dituduh oleh anggota parlemen dari Partai Demokrat, telah merusak lembaga intelijennya sendiri dan gagal menghadapi Arab Saudi atas kasus kekejaman hak asasi manusia.

"Hak asasi manusia lebih dari sekadar ungkapan, harus bermakna sesuatu. Dan maknanya kita harus mengutuk pembunuhan kejam oleh pemerintah asing. Setiap orang yang memainkan peran dalam pembunuhan ini harus bertanggung jawab," kata Senator Dianne Feinstein.

Anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Partai Republik telah mendesak Trump untuk mencabut dukungannya terhadap MBS ​​atas kasus Khashoggi, tetapi Trump menyatakan enggan melakukannya.

Trump mengatakan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud dan MBS dengan keras menyangkal mengetahui perencanaan atau pelaksanaan pembunuhan Khashoggi dan kebenaran masih belum diketahui.

Di Twitter, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Trump dengan ganjil mencurahkan pernyataannya yang memalukan tentang kekejaman Saudi dengan melayangkan tuduhan terhadap Iran.

Setelah memberikan penjelasan kontradiktif dalam banyak versi terkait hilangnya Khashoggi, pekan lalu Riyadh mengatakan Khashoggi telah terbunuh dan tubuhnya dimutilasi dalam sebuah negosiasi yang gagal untuk meyakinkan dia agar kembali ke Arab Saudi. Namun Arab Saudi tetap menegaskan, MBS tidak memerintahkan pembunuhan itu.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan di Washington pada Selasa (20/11) bahwa Turki tidak sepenuhnya puas dengan kerja sama yang dijalin dengan Riyadh atas kasus pembunuhan Khashoggi. Turki mungkin akan mendesak penyelidikan resmi PBB.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement