REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Ukraina pada Jumat (30/11), melarang pria Rusia berusia antara 16 sampai 60 tahun untuk memasuki negara itu. Langkah itu merupakan eskalasi ketegangan terbaru antara negara bertetangga itu.
Konflik berkepanjangan kembali memuncak pada Ahad (25/11), ketika penjaga perbatasan Rusia melepaskan tembakan dan menyita tiga kapal angakatan laut Ukraina di dekat Semenanjung Krimea, yang dicaplok Moskow pada 2014. Kapal-kapal itu mencoba melewati Selat Kerch dalam perjalanan mereka ke Laut Azov.
Parlemen Ukraina pada Senin (26/11) mengadopsi proposal Presiden Ukraina Petro Poroshenko untuk memberlakukan darurat militer di negara itu selama 30 hari.Petro Tsygykal, kepala Dinas Penjaga Perbatasan Ukraina, mengumumkan semua laki-laki Rusia berusia antara 16 sampai 60 tahun akan dilarang bepergian ke negara itu saat darurat militer diberlakukan.
Presiden Poroshenko mengatakan, tindakan itu diambil untuk mencegah Federasi Rusia membentuk pasukan di tanah Ukraina. Pengumuman itu mengikuti keputusan Presiden AS Donald Trump pada Kamis (29/11) untuk membatalkan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump mengatakan tidak pantas baginya untuk bertemu dengan Putin karena Rusia belum membebaskan pelaut Ukraina.
Ombudsman yang ditunjuk Pemerintah Rusia untuk Krimea mengatakan semua pelaut telah dibawa dari pusat penahanan di Krimea. Ketiga komandan kapal telah dibawa ke Moskow, sementara 21 pelaut lainnya belum diketahui kabarnya.
Pengadilan Krimea awal pekan ini memutuskan untuk memasukkan pelaut Ukraina ke balik jeruji besi selama dua bulan, sementara menunggu penyelidikan.
Permusuhan antara Ukraina dan Rusia terjadi sejak aneksasi Moskow terhadap Semenanjung Krimea di Ukraina pada 2014. Rusia juga mendukung kelompok separatis di timur Ukraina dengan mengirimkan pasukan dan senjata klandestin.
Pertempuran di wilayah itu telah menewaskan sedikitnya 10 ribu orang sejak 2014, tetapi sedikit mereda setelah gencatan senjata 2015.