REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Hasil penelitian mikro gravitasi empat dimensi (4D) antara 2014 dan 2018 terindikasi telah terjadi penurunan permukaan tanah hampir di semua kawasan di daerah Jakarta Utara. Penurunannya sekitar 11 sentimeter (cm) per tahun.
"Laju penurunan rata-rata sekitar 11 cm per tahun," kata Peneliti Universitas Indonesia (UI) Syamsu Rosid, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (3/12). Menurutnya pemerintah provinsi DKI Jakarta perlu makin waspada akan kondisi ini dan fokus mengawasi dan mengevaluasi (Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) khususnya di wilayah Jakarta Utara.
Fenomena penurunan permukaan tanah ini sangat mungkin disebabkan eksploitasi air tanah yang berlebihan. Penurunan berdampak pada turunnya permukaan air tanah serta makin berkurangnya lahan hijau terbuka sebagai zona resapan air tanah permukaan dan pembangunan infrastruktur berbobot berat yang cukup intensif, jelasnya.
Dosen Program Studi Geofisika itu juga menambahkan penurunan permukaan tanah juga bisa diakibatkan aktivitas manusia yang banyak memicu munculnya getaran atau vibrasi pada permukaan tanah. Seperti truk-truk bertonase berat yang banyak berlalu lalang di wilayah Jakarta Utara.
Penurunan permukaan tanah ini tentu saja dapat berdampak kepada stabilitas gedung-gedung dan bangunan infrastruktur di atasnya. Juga meningkatkan potensi terjadinya banjir rob di daerah Jakarta Utara, karena daratan yang semakin rendah dibandingkan permukaan air laut terutama saat terjadinya air pasang oleh adanya gaya tarik Bulan, jelas Syamsu.
Sebelumnya penelitian tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta ini telah dipublikasi pada Pertemuan Ilimiah Tahunan (PIT) HAGI ke-43 September 2018 di Semarang Jawa Tengah.