Kamis 06 Dec 2018 17:55 WIB

Puluhan Ribu Burung Bermigrasi ke Yogyakarta

Burung-burung ini bermigrasi mencari wilayah tropis guna menghindari musim dingin.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah petugas dibantu warga membersihkan kotoran burung migran Layang-layang Asia (Hirundo rustica) di Kawasan Gondomanan, DI Yogyakarta, Rabu (28/11/2018).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Sejumlah petugas dibantu warga membersihkan kotoran burung migran Layang-layang Asia (Hirundo rustica) di Kawasan Gondomanan, DI Yogyakarta, Rabu (28/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Puluhan ribu burung yang berasal dari belahan bumi utara, bermigrasi ke daerah tropis. Yogyakarta menjadi salah satu wilayah yang menjadi sasaran tempat singgah dari burung-burung ini. 

Direktur Eksekutif BISA Indonesia, Asman Adi Purwanto mengatakan, jenis burung yang bermigrasi yaitu burung layang-layang asia, jalak cina, hingga burung pantai. Burung-burung ini bermigrasi mencari wilayah yang tropis guna menghindari musim dingin yang terjadi wilayah asalnya.

Selain itu, burung-burung ini juga bermigrasi untuk mempertahankan hidup. Sebab, dengan adanya musim dingin di daerah asalnya, sumber makanannya pun berkurang. Sehingga mereka mencari tempat lain untuk mencari makan.

"Burung ini bermigrasi karena faktor pakan juga, di Yogyakarta mereka makan serangga, banyak juga makan lalat bagi jenis burung layang-layang asia," kata Asman yang juga pengamat burung ini di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kamis (06/12).

Ia menjelaskan, fenomena ini merupakan fenomena tahunan. Burung layang-layang asia yang bermigrasi ke Yogyakarta mencapai puluhan ribu.

Sementara itu, untuk burung pantai, ada sekitar 44 jenis yang singgah di Yogyakarta. Di Indonesia sendiri ada 67 jenis burung pantai, di mana persebarannya cukup luas.

Beberapa titik yang menjadi tempat persinggahan dari burung ini di antaranya Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga ke Papua.  "Kalau jalak cina termasuk jenis dengan jumlah populasi terbesar di Kota Yogya. Jenisnya juga lumayan tinggi, hampir empat ribuan yang singgah di Yogya," kata Asman.

Ia pun menjelaskan bagaimana cara burung-burung ini bermigrasi. Pertama, kondisi atau tanda alam yang dilalui dalam perjalanan migrasi pertamanya, yaitu gunung, pantai, dan sungai.

Kedua, berdasarkan letak matahari. Pada siang hari, lanjutnya, arah terbang dan tujuan akhir dari burung yang bermigrasi ini dipandu oleh matahari.

Ketiga, berdasarkan letak bintang. Ia mengatakan, pada malam hari masih ada beberapa burung yang melakukan migrasi. Burung ini menggunakan bintang sebagai kompas dalam melakukan migrasi.

"Terakhir, ada burung ini yang memanfaatkan udara panas bumi khusus untuk burung pemangsa," kata Asman.

Staff Research and Development BISA Indonesia, Sungkono mengatakan, burung-burung ini bermigrasi dari Jepang, Cina, dan juga ada yang dari Rusia. Persebarannya pun tidak hanya di Indonesia, namun juga ke wilayah lainnya.

"Tapi juga ke Selandia Baru dan sampai ke Australia," uajrnya.

Di Yogyakarta, burung layang-layang asia banyak ditemukan bertengger di tiang listrik dan pepohonan. Salah satunya di kawasan Nol KM. Burung-burung ini mulai hinggap pada sore hari, namun paginya menyebar untuk mencari makanan.

Sementara, burung pantai banyak ditemukan di kawasan pantai selatan seperti Pantai Trisik, Kulonprogo. "Di sana mereka banyak mencari makanan kerang dan ikan," tambahnya.

Ia menjelaskan, burung yang datang secara berkoloni ini biasanya menetap selama empat hingga lima bulan. Namun tidak dalam waktu yang bersamaan.

Rentang waktu kedatangannya pun dimulai dari Oktober hingga Maret. "Rentang kedatangannya beda-beda. Ada bulan ini sedikit, ada bulan besok sedikit. Kan mereka datangnya tidak berbarengan," kata Sungkono.

Jalur migrasinya pun terbagi atas dua jalur. Pertama yaitu jalur terbang bagian timur Asia-Australia. Jalur ini mencakup daerah berkembangnya burung ini di Siberia, Cina, dan Alaska.

"Burung ini terbang memanjang ke selatan melewati daerah persinggahan di Asia Tenggara, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik," ujar Sungkono.

Jalur kedua yaitu jalur terbang Indo-Asia. Jalur ini memanjang dari tempat berkembangnya burung ini yaitu di Siberia Tengah, melalui Himalaya hingga ke daratan Sub-benua India.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement