Ahad 09 Dec 2018 18:54 WIB

Produksi Keramik Asal Purwakarta Menurun Hingga 50 Persen

Musim hujan menyebabkan pengeringan keramik menjadi semakin lama.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pekerja tengah memberikan sentuhan terakhir dari pembuatan sebuah pot bunga yang terbuat dari tanah liat, di sebuah industri keramik rakyat, di Plered, Kabupaten Purwakarta, Rabu (22/9).
Foto: FOTO ANTARA/Hermanus Prihatna
Seorang pekerja tengah memberikan sentuhan terakhir dari pembuatan sebuah pot bunga yang terbuat dari tanah liat, di sebuah industri keramik rakyat, di Plered, Kabupaten Purwakarta, Rabu (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Sejumlah perajin gerabah dan keramik di sentra kerajinan Kriya, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, mengeluhkan penurunan produksi. Penurunan ini, disebabkan cuaca. Sebab, pada saat musim penghujan seperti saat ini, proses pengeringan kerajinan itu menjadi lebih lama. Akibatnya, terjadi penurunan produksi.

Fatah Suryana (40 tahun), salah satu perajin keramik asal Desa Anjun, Kecamatan Plered, mengatakan, penurunan produksi ini terjadi beberapa pekan terakhir. Biasanya, dalam sepekan dirinya bisa mengirimkan gerabah dan keramik sampai dua kendaraan bak terbuka. Kali, ini maksimal pengiriman hanya satu bak terbuka dalam sepekan.

"Penurunannya sampai 50 persen, dari produksi normal," ujar Fatah, kepada sejumlah media, Ahad (9/12).

Fatah menyebutkan, dirinya berkecimpung di kerajinan kriya ini sejak 20 tahun silam. Memang, setiap musim penghujan selalu terjadi penurunan produksi. Salah satu penyebabnya, yaitu masa penjemuran yang jauh lebih lama. Akibat, sinar mataharinya berkurang selama musim penghujan.

Apalagi, lanjut Fatah, mayoritas perajin gerabah dan keramik di Desa Anjun ini masih menggunakan pemanas alami. Yakni, sinar matahari. Untuk proses penjemuran, normalnya berlangsung dua sampai tiga hari.

Setelah kerajinan dari tanah liat ini kering, maka akan dibakar dengan suhu api yang cukup tinggi. Akan tetapi, karena musim penghujan, penjemuran jadi tidak maksimal.

"Kerajinan ini, kita keringkan dengan cara alami. Yakni, dijajarkan dalam lokasi pabrik. karena kami, tidak menggunakan mesin pemanas," ujar Fatah.

Proses menjemur seperti ini, minimalnya bisa kering dalam sepekan. Bahkan, jika curah hujan turun secara terus menerus, proses pengeringannya bisa lebih dari sepekan.

Entis Sutisna (59 tahun), salah seorang pemilik kios keramik di Desa Anjun, Kecamatan Plered, membenarkan ada penurunan penjualan saat musim penghujan ini. Selain itu, suplai keramik dari perajin ke toko juga jadi tersendat.

"Sudah biasa, kalau musim hujan ada penurunan baik suplai keramik maupun penjualan," ujar Entis.

Termasuk di tokonya, penurunan penjualan sudah sampai 75 persen. Entis, yang menjual berbagai jenis kerajinan dari bahan tanah liat seperti pot bunga dan celengelan ini, juga mengaku mengalami penurunan penghasilan.

"Biasanya dalam sepekan mendapatkan penghasilan Rp 10 juta. Kini, hanya setengahnya. Itupun maksimal," ujarnya.

berita menarik lainnya: Loemadjang Djadoel Daya Tarik Wisata Baru di Lumajang

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement