Senin 10 Dec 2018 16:54 WIB

Polisi Bantah Kecolongan Atas Insiden di Nduga

Polisi yakin jika tak ada pemetaan mungkin jumlah korban akan lebih besar.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Evakuasi jenazah korban penembakan KKB di Nduga, Papua.
Foto: dok. Polda Papua
Evakuasi jenazah korban penembakan KKB di Nduga, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Polri membantah kecolongan atas terjadinya pembantaian di Yigi, Kabupaten Nduga pada Ahad (2/12).   Polisi telah  melakukan pemetaan kekuatan maupun potensi konflik beberapa pekan sebelum 1 Desember 2018 yang bertepatan dengan Hari Jadi Organisasi Papua Merdeka (OPM) Polri.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menuturkan pemetaan sebenarnya sudah maksimal. Mengenai kejadian yang terjadi, Dedi mengatakan, bila pemetaan tidak dilakukan, bisa saja terjadi konflik yang lebih besar.  "Nah kalau tidak dilakukan itu (mapping), mungkin terjadi lebih besar," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Senin (10/12).

Baca juga, Keluarga Korban Penembakan Papua: Semoga Anak Saya Ditemukan.

Dedi mengatakan, kelompok bersenjata di Papua memiliki basis-basis sendiri yang sudah diketahui TNI Polri. Sehingga, TNI Polri bersinergi di lapangan untuk pengejaran dan mempersempit ruang gerak pasukan bersenjata.

Namun, diakui Dedi wilayah kondisi geografis Papua yang luas, berbukit bukit, bergunung gunung serta cuaca ekstrem menjadi kendala tersendiri bagi aparat. Selain itu, kesulitan jalur komunikasi juga memperumit aparat untuk memprediksi pergerakan di hutan.

"Dengan menggunakan HT saja sangat terbatas juga jangkauannya. Jakan satunya menuju ke lokasi jalan nggak ada kendaraan satupun ke lokasi tidak ada, jalan kaki," kata Dedi Prasetyo.

Dedi pun mengklaim, aparat TNI Polri terus mendesak kelompok bersenjata. TNI dan Polri, kata Dedi juga telah mengetahui kekuatan kelompok bersenjata tersebut. "Kekuatan mereka beberapa puluh orang memiliki beberapa pucuk senjata pabrikan maupun senjata rakitan," ujar dia.

Diketahui terjadi pembunuhan sejumlah pekerja PT Istaka Karya proyek pembangunan jalur Transpapua, Distrik Yigi, Nduga, Papua pada Sabtu (1/12) dan Ahad (2/12) lalu. Jumlah yang meninggal berdasarkan infoermasi TNI sebanyak 19 orang. Selepas insiden itu, Pos TNI Distrik Mbua juga diserang dan seorang anggota TNI gugur.

Kejadian ini pun kemudian ditindaklanjuti TNI-Polri dengan proses pencarian evakuasi dan perburuan anggota kelompok bersenjata pro Papua merdeka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement