Senin 10 Dec 2018 18:07 WIB

Polisi: Enam Korban Tewas Diduga Anggota Separatis

Belum ada laporan tentang warga sipil yang tewas.

Petugas gabungan TNI dan Polri mendata keluarga korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Bandara Mozes Kilangin Timika, Mimika, Papua, Kamis (6/12/2018).
Foto: Antara/Jeremias Rahadat
Petugas gabungan TNI dan Polri mendata keluarga korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Bandara Mozes Kilangin Timika, Mimika, Papua, Kamis (6/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal mengatakan, enam warga sipil yang dilaporkan tewas saat tim gabungan TNI/Polri melakukan evakuasi di Yigi, Distrik Yall, Kabupaten Nduga, diduga anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB).

Alasannya, sejak tim gabungan di kirim ke wilayah Kabupten Nduga tidak ada laporan yang diterima langsung anggota di lapangan tentang adanya warga sipil tewas tertembak.

"Belum ada laporan tentang adanya warga sipil yang menjadi korban penembakan anggota," kata Kombes Kamal di Jayapura, Senin (10/12).

Dia mengatakan, enam warga yang dilaporkan tewas diduga anggota KKSB karena kemungkinan tewas saat terjadi kontak tembak sebelum korban berhasil dievakuasi dan menguasai kawasan Mbua dan Yigi.

Baca juga, Menhan: Pembantai Pekerja di Papua adalah Pemberontak.

Menurutnya, tidak mungkin aparat keamanan dengan semena-mena menembak warga sipil karena mereka ada untuk melindungi masyarakat. Walaupun demikian, untuk memastikan, aparat tetap akan menyelidiki laporan ini.

Aksi penyerangan separatis terhadap karyawan PT Istaka Karya menewaskan 18 orang, termasuk staf BBPJN Wilayah XVIII Papua dan anggota TNI AD dari Yonif 755 Yalet Sertu (anumerta) Handoko.

Ketika ditanya tentang nasib empat karyawan PT Istaka Karya yang belum ditemukan, Kombes Kamal mengatakan, anggota masih melakukan pencaharian dengan menyisiri kawasan Yigi dan gunung Tabo.

"Pencaharian masih terus dilakukan hingga ditemukannya seluruh karyawan, yakni Rikki Kardo Simanjuntak, Petrus Ramli, M Ali Akbar, dan Hardi Ali," tutur Kombes Kamal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement