REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengembangan uji desain floater N219 versi amfibi dilakukan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Surabaya. Khususnya untuk hidrodinamika atau tingkat gerak kapal.
Kepala Seksi Program dan Penerapan Teknologi Balai Hidrodinamika BPPT Fariz Maulana Noor di Surabaya, Senin (10/12) mengatakan pengujian N219 dilakukan untuk melihat dan menganalisa apakah desain floater yang sudah dibuat mampu beroperasi di perairan wilayah Indonesia dengan aman dan nyaman, khususnya untuk penumpang.
"Pengujian ini kami lakukan pada bulan September sampai bulan November 2018, dan saat ini kami laksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas hasil pengujian floater N219 versi amfibi," kata Fariz, usai kegiatan FGD di Kantor BPPT Surabaya.
Pelaksanaan FGD, kata dia, juga diikuti berbagai institusi yang berkepentingan seperti Pustekbang LAPAN, PT Dirgantara Indonesia, Balai Teknologi Hidrodinamika BPPT, Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika BPPT, Kementerian Perhubungan, serta Dirjen KPPU dan Institut Teknologi Bandung Jurusan Teknik Dirgantara.
Ia berharap, dengan terlaksananya FGD akan ada masukan dan perbaikan untuk desain floater N219 versi amfibi ke depannya. Sebelumnya, floater N219 versi amfibi dibuat atas pengembangan keberadaan Pesawat N219 produksi PT Dirgantara Indonesia yang kini memasuki tahap sertifikasi.
Kemudian, PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan LAPAN mengembangkan pembuatan N219 versi amfibi, untuk mendukung logistik dan pengembangan pariwisata di daerah pinggiran dan terpencil. "Keberadaan versi amfibi dibuat untuk daerah yang tidak memungkinkan dibangun landasan pesawat terbang biasa," katanya.
Peta jalan pengembangan pesawat N219 versi amfibi dimulai tahun 2018, dengan ditandai dengan penandatangan kontrak kerja antara Pustekbang LAPAN dengan PT DI. Dari kontrak tersebut diharapkan akan dihasilkan Conceptual Design Floater untuk N219 versi amfibi.