Ahad 23 Dec 2018 09:30 WIB

Warga Pesisir Lampung Mengungsi di Kantor Gubernur

Dampak terparah terjadi di empat kecamatan Lampung Selatan.

Salah satu pantai di Anyer, Banten, porak poranda Ahad (23/12). Tampak ban berenang terseret ratusan meter dari bibir pantai.
Foto: Republika/Indira Rezkisari
Salah satu pantai di Anyer, Banten, porak poranda Ahad (23/12). Tampak ban berenang terseret ratusan meter dari bibir pantai.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Warga pesisir pantai Kota Bandarlampung masih berbondong-bondong berdatangan ke lokasi pengungsian di kantor Gubernur Lampung. Berdasarkan pantauan, Ahad pagi (23/12), warga terus berdatangan ke kantor gubernur untuk mengungsi, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Bahkan tidak sedikit yang membawa barang kebutuhannya seperti kasur, selimut, bantal, dan pakaian ganti selama berada di posko pengungsian. Sekretaris Daerah Lampung, Hamartoni Ahadis meminta masyarakat tetap waspada.

Baca Juga

Selain itu, masyarakat juga diminta jangan mudah percaya isu-isu yang menyebutkan akan adanya tsunami di daerah pesisir pantai. "Jangan mudah percaya bila ada yang mengatakan tsunami akan terjadi. Tetapi harus tetap waspada dan berhati-hati bila terjadi gelombang tinggi susulan," ujarnya.

Sebanyak tujuh orang warga meninggal dan 89 luka-luka akibat gelombang tinggi air laut di Lampung Selatan, yang terjadi Sabtu sekitar pukul 22.00 WIB. "Dampak terparah terjadi di empat kecamatan Lampung Selatan, yakni Kalianda, Rajabasa, Sidomulyo, dan Katibung," kata Kepala BPBD Lampung Selatan, I Ketut Sukerta, saat dihubungi dari Bandarlampung, Ahad.

BPBD akan terus mencari kemungkinan korban lainnya di empat kecamatan tersebut. Ia menjelaskan, BPBD Lampung Selatan, sejak tadi malam hingga sekarang terus mencari dan mengevakusi korban.

"Fokus kita diempat kecamatan tersebut," tambahnya.

Siaran pers terkini dari Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) menyatakan dampak tsunami dan gelombang tinggi yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang menyebabkan 43 orang meninggal dunia. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan data sementara hingga pukul 07.00 WIB menunjukkan tsunami dan gelombang tinggi telah menyebabkan 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan dua orang hilang.

Sedangkan kerugian fisik yang telah terdata sementara, ia mengatakan meliputi 430 unit rumah rusak berat, sembilan hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak. Sementara jumlah pengungsi masih dalam pendataan dan Pandeglang adalah daerah yang paling parah terdampak tsunami.

Terdata di Kabupaten Pandeglang ada 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, sembilan hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat. Daerah yang terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang Pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita. Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang.

Sedangkan di Lampung Selatan terdata tujuh orang meninggal dunia, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. Dan di Serang tercatat tiga orang meninggal dunia, empat orang luka-luka dan dua orang hilang.

BNPB menghimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement