REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Sebanyak 466 warga Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, menjadi korban terdampak tsunami yang menerjang pesisir Banten. Sejak kejadian pada Sabtu (22/12) malam, ratusan warga itu memilih mengungsi di SDN Cigeulis 1, Desa Cigeulis, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kecamatan Cigeuli Ilman Jaya mengatakan, jumlah itu masih terus berubah. Sebab, pengungsi terus berdatangan, tetapi ada pula yang kembali pulang atau menuju rumah sanak saudaranya.
Saat ini, ia menegaskan para pengungsi membutuhkan beras dan air mineral. "Dua malam pertama kami bisa memenuhi, tetapi untuk selanjutnya stok sudah kosong," kata dia saat ditemui Republika.co.id, Selasa (25/12).
Ia mengatakan, sesuai arahan awal pengungsi sebenarnya sudah bisa kembali ke rumah pada Rabu (25/12). Namun, jika kondisi belum memungkinkan pengungsi akan diimbau untuk bertahan di posko pengungsian.
Ilham mengakui, pada dasarnya Kecamatan Cigeulis tak terdampak langsung tsunami yang terjadi. Meski demikian, beberapa warga yang bertempat tinggal di dekat pantai takut jika terjadi tsunami susulan yang terjadi.
Lagi pula, ia melanjutkan, kondisi laut belum bisa diprediksi. "Jadi di sini hanya antisipasi," kata dia.
Ia mengatakan, sejauh ini ada lima warga Kecamatan Cigeulis yang meninggal dunia akibat terjangan tsunami. Sementara, jumlah korban yang terdampak diperkirakan mencapai ribuan. Namun, warga mengungsi banyak yang memilih tinggal di rumah saudaranya.
Berdasarkan pantauan Republika, para pengungsi di SDN Cigeulis 1 menempati ruang-ruang kelas. Ada dua tenda BNPB terpasang di halaman sekolah. Namun, para pengungsi memilih tidur di dalam ruang kelas dengan beralaskan tikar seadanya.
Di satu ruangan lain, para petugas PMI juga membuka layanan kesehatan bagi para pengungsi. Layanan kesehatan juga telah ditingkatkan, dengan bantuan tenda kesehatan Marinir yang baru dibuka pada Selasa (25/12) di Kecamatan Cigeulis.
Selain itu, tersedia dapur umum di ujung teras sekolah. Bantuan dari para relawan juga terus berdatangan, tetapi masih minim yang memberikan beras dan air mineral.