REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) telah mencetak Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Braille pertama untuk penyandang disabilitas netra dengan mengalihhurufkan KBBI V cetakan II. Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Poppy Dewi Puspitawati mengatakan ini KBBI Braille pertama di Indonesia.
Ia mengatakan penyediaan kamus bahasa Indonesia untuk penyandang disabilitas khususnya disabilitas netra tentu menjadi komitmen pemerintah. Penyediaannya sekaligus menjadi penghargaan bagi siswa-siswi binaan Kemendikbud. Menurut Poppy, melalui KBBI Braille ini mereka akan mendapat informasi, terutama terkait kosakata baru sehingga menambah wawasan bagi anak berkebutuhan khusus ini.
"Intinya kami ingin semua anak-anak mendapat pendidikan. Kami akan sosialisasikan kamus ini di mana pun Sekolah Luar Biasa (SLB) berada," katanya saat serah terima master KBBI Braille di kantor BPPB Rawamangun, Jakarta, Rabu (26/12).
Poppy mengatakan ada sekitar 2.200 SLB di seluruh Indonesia. Setidaknya ada satu KBBI Braille di tingkat Kabupaten, sebelum nantinya bisa dicetak dalam jumlah lebih banyak. Kepala Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Kementerian Sosial (Kemensos) Tedi Tresnayadi mengatakan jika melihat data tahun 2012, maka populasi lembaga dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sensorik netra terbanyak dibanding lainnya, yakni mencapai 142.860 dari total 350.668. Keberadaan KBBI Braille ini menjadi kabar gembira.
Sosialisasi KBBI Braille ini, menurut dia, tentu akan lebih dulu dilakukan kepada staf Kementerian Sosial, sebelum diberikan lebih luas lagi pada masyarakat. Setidaknya ada lima Unit Pelaksana Tugas (UPT) dan tujuh Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang khusus menangani disabilitas netra.
Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan BPPB Gufran Ali Ibrahim mengatakan kamus ini sekitar enam bulan disiapkan hingga kemudian dicetak, setelah dalam rapat awal tahun bersama Menteri Pendidikan dan Kebudyaaan membahas upaya pemenuhan hak untuk penyandang disabilitas sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Menurut dia, KBBI Braille ini pertama diluncurkan pada Kongres Bahasa Indonesia 28 Oktober 2018, lalu dicetak bersama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) Abiyoso, serta Kementerian Sosial. Ia mengatakan alih huruf dari KBBI V cetakan II ke KBBI Braille ini melibatkan penyandang disabilitas netra langsung sebagai pengguna kamus. Setelah pengalihan huruf selesai dan dicetak, dilakukan penyuntingan oleh penyandang disabilitas netra untuk menghindari kesalahan penulisan, keterbacaan dan sebagainya. Selanjutnya, KBBI Braille dicetak dan dijilid secara khusus.
Dalam setiap jilid berisi 50 lembar kertas khusus cetakan Braille sehingga secara keseluruhan kamus ini terbagi menjadi 139 jilid. Setiap jilidnya terdiri atas bagian depan kamus yang berisi petunjuk pemakaian serta disampulnya terdapat logo Braille.