REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manado Sulawesi Utara dihantam ombak tinggi pada Kamis (27/12) malam. Terjangan ombak setinggi 2,5 sampai empat meter ini terjadi hingga Jumat (28/12) pagi.
Kepala Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan gelombang tinggi di Laut Manado ini bukanlah tsunami. Gelombang tinggi ini terjadi karena fenomena alam, yakni yang disebabkan karena tiupan angin.
“Gelombang tinggi di perairan Sulut disebabkan oleh pengaruh tropical depression thirtyfive di sekitar Filipina, sehingga massa uap air dan angin mengarah kesana. Akibatnya angin kencang dan gelombang tinggi,” jelas Sutopo saat dikonfrimasi Republika.co.id, Jumat (28/12).
Gelombang tinggi di perairan Sulawesi Utara (Sulut) ini menurutnya juga tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Serta bukan juga disebabkan karena aktivitasnya tektonik.
“Gelombang tinggi di perairan Sulut itu tidak ada kaitan dengan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau karena jauh sekali lokasinya. Juga bukan disebabkan oleh aktivitas tektonik,” kata Sutopo.
Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat tetap tenang dan tidak perlu khawatir. Kendati demikian Sutopo mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar pantai terlebih dahulu.
“Masyarakat dihimbau untuk tenang dan meningkatkan kewaspadaan. Jika kondisi membahayakan jangan melakukan aktivitas di sekitar pantai dan laut untuk sementara waktu,” ungkapnya.