REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi masih mengeluarkan sejumlah guguran lava pijar selama satu bulan terakhir. Karenanya, sepanjang libur akhir tahun ini Gunung Merapi masih ditutup untuk pendakian umum.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) hingga penghujung 2018 belum mencabut status waspada atau level dua kepada Gunung Merapi. Status itu bertahan hingga penghujung 2018.
Waspada turut menegaskan Gunung Merapi harus steril dari aktivitas masyarakat. Masyarakat yang bermukim di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II boleh beraktivitas di luar tiga kilometer dari puncak.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Ammy Nurwati, telah pula mengeluarkan pengumuman penutupan jalur pendakian selama pergantian tahun. Itu menjadi penegas surat edaran yang telah dikeluarkan sebelumnya.
Surat Edaran Kepala Balai TNGM Nomor SE.04/BTNGM/TU/Ren/05/2018 per 22 Mei 2018 tentang Penutupan Obyek Wisata di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Isinya, jalur pendakian via Sapuangin dan Selo ditutup.
Kemudian, Balai TNGM melakukan evaluasi atas data pemantauan instrumental dan visual yang dilakukan BPPTKG yang menetapkan status aktivitas Gunung Merapi masih waspada atau level dua. Pemantauan dilakukan pada 14-20 Desember 2018.
"Balai TNGM tetap melakukan penutupan jalur pendakian dalam rangka pergantian tahun 2018, agar tidak melakukan pelanggaran terhadap larangan pendakian di Gunung Merapi," kata Ammy, Rabu (26/12).
Walau wajib meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, masyarakat diminta tidak mudah terpancing isu-isu terkait Gunung Merapi. Terlebih, kabar-kabar aktivitas Gunung Merapi bisa dilihat dar media sosial BPPTKG langsung.
Pasalnya, usai peningkatan aktivitas gunung-gunung api lain seperti Gunung Anak Krakatau dan Gunung Agung, cukup banyak kabar-kabar terkait gunung api beredar. Gunung Merapi tidak terkecuali.
Belakangan, tersebar kabar di media sosial kalau Gunung Merapi membatasi wisata pada akhir tahun untuk sekitar 2.500 pendaki. Namun, itu merupakan kabar hoaks dan ternyata berita 2016 yang disebarkan orang-orang tidak bertanggung jawab.
Untuk itu, masyarakat diimbau tidak mudah terpancing kabar-kabar yang tidak memiliki sumber yang jelas. Imbauan turut dikeluarkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana.
Walau Gunung Merapi masih sangat aktif mengeluarkan guguran lava pijar, masyarakat diminta cek dan ricek kabar-kabar yang didapat. Baik yang ada di media massa, lebih-lebih yang ada di media sosial.
"Disaster jurnalisme membanguna kewaspadaan, tanpa menimbulkan ketakutan," ujar Biwara, Sabtu (29/12).
Secara umum, BPPTKG mengungkapkan fase erupsi efusif yang dikeluarkan Gunung Merapi berupa pertumbuhan kubah. Laju pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi sejak 5-27 Desember 2018 sebanyak 2.300 meter kubik per hari.
Aktivitas itu masih masuk kategori laju pertumbuhan rendah, dan posisi kubah lava saat ini masih stabil. Hingga 27 Desember 2018, total volume kubah lava sebesar 389.000 meter kubik.
Selain mengosongkan aktivitas penduduk dan pendakian sejauh radius tiga kilometer dari puncak, Kepala BPPTKG, Hanik Humaida meminta, masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi.
Ia menekankan, jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, status Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali. BPPTKG turut mengeluarkan peringatan bagi masyarakat yang berkumikm di sekitaran sungai-sungai sekitaran Gunung Merapi.
"Sehubungan saat ini sudah memasuki musim hujan, masyarakat yang beraktivitas di sekitar sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi, untuk mewaspadai bahaya lahar," ujar Hanik, Jumat (28/12).