Senin 31 Dec 2018 19:50 WIB

Dalam Tiga Hari, 182 Tewas Kecelakaan di Jalanan Thailand

Sebagian besar kecelakaan dipicu akibat pengaruh minuman keras.

Rep: Fira Nur Sya'bani/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana salah satu sudut kota Bangkok, Thailand, saat banjir besar melanda pada 2011
Foto: AP PHOTO
Suasana salah satu sudut kota Bangkok, Thailand, saat banjir besar melanda pada 2011

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK – Pihak berwenang di Thailand mencatat sedikitnya ada 182 korban tewas dalam sejumlah kecelakaan yang terjadi di jalan-jalan raya Thailand sejak Kamis (27/12) hingga Sabtu (29/12), saat negara itu tengah memasuki musim liburan. Angka tersebut naik dari tahun lalu yaitu 167 korban jiwa. 

Dalam tiga hari itu, tercatat ada 1.633 kecelakaan yang dilaporkan. Meskipun angka kematian karena kecelakaan meningkat, angka kecelakaannya sendiri menurun 4,9 persen dari 1.690 pada tahun lalu. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bulan ini merupakan bulan paling mematikan bagi negara Asia Tenggara tersebut. 

WHO melaporkan, angka kematian terkait kecelakaan lalu lintas di Thailand mencapai 32,7 orang dari setiap 100 ribu orang.  

Vietnam berada di urutan kedua di Asia Tenggara dengan angka 26,7 orang. 

Sementara Singapura dilaporkan menjadi negara teraman di kawasan itu terkait kematian akibat kecelakaan lalu lintas di jalan, dengan angka 2,8 orang. 

Dengan banyaknya jalan raya yang macet karena semua orang ingin bepergian ke luar rumah, polisi Thailand mengumumkan periode "Tujuh Hari Berbahaya di Tahun Baru" yang dimulai pada Kamis (27/12). Dalam periode tujuh hari yang sama tahun lalu, tercatat sebanyak 423 orang meninggal dunia di jalanan. 

Pekan lalu, seorang blogger Cina yang mengunjungi Thailand menggambarkan bagaimana dia harus mengamputasi lengan kirinya setelah mobil yang dia tumpangi menabrak pohon. 

Kisahnya memicu perdebatan di media sosial Cina tentang seberapa aman Thailand untuk dikunjungi selama periode tahun baru.

Polisi mengatakan, 40,9 persen kecelakaan selama tiga hari itu disebabkan oleh pengemudi yang mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk. Sementara 27,2 persennya disebabkan oleh kecepatan kendaraan yang tak terkendali.

Tiga perempat kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan adalah sepeda motor. Sebanyak 45.652 pengendara sepeda motor ditangkap di pos pemeriksaan karena tidak mengenakan helm.

Polisi juga menangkap 42.649 pengemudi karena tidak dapat menunjukkan SIM. 

Pihak berwenang Thailand telah berusaha untuk menindak pengemudi yang mabuk. Pemerintah telah mempertimbangkan langkah-langkah seperti penggunaan kamera dashboard untuk memperingatkan pengemudi berbahaya. 

Namun, WHO mengatakan tingkat kematian dalam kecelakaan lalu lintas yang tinggi di negara itu disebabkan penegakan aturan mengemudi yang lemah. 

Dilaporkan hanya 51 persen pengendara sepeda motor yang mengenakan helm dan hanya 58 persen pengemudi mobil yang memakai sabuk pengaman. 

"Penegakan hukum adalah kuncinya dan hukuman harus cukup besar agar orang-orang takut terhadapnya. Dan kampanye keselamatan harus berkesinambungan, tidak hanya di musim libur. Kita harus kembali dan mengubah DNA negara," ujar Nikorn Chamnong, seorang juru kampanye keselamatan jalan dan mantan wakil menteri transportasi, kepada BBC.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement