REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saladin menyenangi catur, tapi hobi favoritnya adalah olahraga polo, terutama karena melibatkan kuda. Bisa dibilang kuda adalah ‘kelemahannya’ dan ia sering memberikan kuda sebagai hadiah khusus. Dia bisa menyebutkan silsilah kuda Arab tanpa kesalahan sedikit pun.
Setelah diangkat sebagai sultan Mesir pada 1169, pemilik sejarah Arab menyebut bahwa mulai saat itu Saladin tak lagi minum anggur serta meninggalkan kesenangan duniawi demi sumpahnya membebaskan Tanah Suci dari kaum Franka.
Saladin sangat sopan terhadap perempuan dan anak-anak. Setelah berhasil merebut sebuah kastil dekat Aleppo dalam pengepungan yang melelahkan, dia didatangi seorang gadis kecil, saudara penguasa Aleppo. Saladin menyambut nya dengan berbagai hadiah.
Layaknya seorang gadis kecil, ia meminta kastil yang baru saja ditaklukkan Saladin. Tanpa sedikit pun keraguan, Saladin memberinya benteng yang telah ia kepung selama 38 hari itu.
Dalam salah satu serangan periodiknya di Kastil Kerak di Yordania, Saladin mengetahui ada pesta pernikahan yang berlangsung di dalam. Dengan sopan, ia bertanya di sisi mana pesta berlangsung, kemudian diarahkannya ketapel manjanik pelontar batu ke sisi lain benteng.
Roman Prancis abad ke-14 menyebutkan, Saladin pernah jatuh cinta dengan Lady Sibylla, istri Pangeran Antiokhia Bohemond III. Padahal, tidak ada bukti Saladin pernah benar-benar bertemu wanita ini walaupun setidaknya ada kontak secara tidak langsung.
Beberapa penulis sejarah mengatakan, dia bertindak sebagai mata-mata Saladin di kamp tentara salib dan memberikan informasi berharga tentang persaingan internal dan perselisihan antara raja Franka dan para bangsawan. Sejarawan saat itu, Imad al-Din, mengatakan, Saladin menghargai la por an itu dan memberikannya hadiah yang indah.
Saladin membantu rakyatnya dengan cara yang lebih mendasar. Dia mendorong pembentukan lembaga pendidikan tinggi di Kairo, Damaskus, dan Yerusalem. Setelah perdamaian dengan Franka tercapai, Saladin memfokuskan perhatiannya pada urusan negara yang terabaikan karena perang.
Saladin adalah seorang contoh seorang negarawan dan panglima perang. Sepanjang hidupnya, ia membuat orang lain terkesan dengan perilakunya. Bahkan, tentara salib menghibur diri dengan mengatakan mereka telah dikalahkan oleh musuh yang tidak biasa.
Sebelum kematiannya, ia sempat mengucapkan kata perpisahan kepada al-Zahir, putranya. “Aku memuji engkau Tuhan Yang Maha Esa,” katanya sambil menempatkan tangannya di atas kepala anaknya.
“Dia adalah sumber dari segala yang baik. Lakukan kehendak Allah yang merupakan jalan damai. Waspadalah terhadap pertumpahan darah. Aku menjadi besar seperti sekarang karena telah memenangkan hati manusia dengan kelembutan dan kebaikan. Jadilah bijaksana dalam dirimu.”