REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi yang masih berstatus waspada terus mengeluarkan guguran lava pijar ke arah hulu Kali Gendol. Guguran terakhir terjadi pada Sabtu (5/1) malam dengan jarak luncur 500 meter, berdurasi 54,28 detik.
Guguran ini menjadi yang kedua pada awal 2019, setelah satu hari sebelumnya (4/1) Merapi mengeluarkan aktivitas serupa. Kala itu, guguran terjadi pukul 21.01 dengan durasi 150 detik dengan jarak luncur 1,2 kilometer.
Guguran sempat mengakibatkan hujan abu tipis ke arah Kabupaten Klaten. Hingga kini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan status waspada kepada Gunung Merapi.
Usai guguran Sabtu malam, aktivitas Merapi sepanjang Ahad normal. Pemantauan visual melalui PGM Kaliurang menunjukkan area Merapi berawan, suhu udara 26,9 derajat Celcius, kelembaban 73 persen, tekanan udara 919,3 hektopascal, dan kecepatan angin 2,5 kilometer per jam ke timur.
Sementara itu, dipantau dari PGM Jrakah, Merapi tampak berkabut, suhu udara 19,1 derajat Celcius, kelembaban 81 persen, dan tekanan 868,5 hektopascal. Dari PGM Ngepos, Merapi terlihat berkabut, suhu udara 30 derajat Celcius, kelembaban 27 persen relative humidity, dan tekanan udara 946 hektopascal.
Saat diamati dari PGM Babadan, Merapi tampak berkabut, suhu udara 23,6 derajat celcius, kelembaban 70 persen relative humidity, dan tekanan udara 873,9 hektopascal. Lantas, dari PGM Selo, Merapi berkabut, suhu udara 20,8 derajat Celcius, kelembaban 83 persen relative humidity, dan tekanan udara 839,4 hektopascal.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Ngepos, Heru Suparwaka melaporkan, untuk meteorologi secara umum Gunung Merapi cerah, berawan, dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur dan tenggara.
"Suhu udara 19-30 derajat Celcius, kelembaban udara 27,83 persen, dan tekanan udara 839,4-946 milimeter raksa," kata Heru, Ahad (6/1) sore.
Secara visual, Merapi masih tampak jelas. Kabut yang ada masuk kategori 01, 0-II dan 0-III. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 10-20 meter di atas puncak.
Untuk kegempaan, terdapat 16 guguran dengan amplitudo 5 hingga 5,2 milimeter berdurasi 13,4 hingga 55,7 detik. Gempa vulkanik dangkal terjadi satu kali dengan amplitudo 45 milimeter berdurasi 12,3 detik.
Kawah yang diamati sejak 27 Desember 2018 hingga 3 Januari 2019 dilaporkan mengalami laju pertumbuhan 3.800 meter kubik per hari. Laju itu termasuk kategori rendah.
Hingga pengamatan Jumat (4/1) sore, volume kubah lava yang ada di Gunung Merapi seluas 415.000 meter kubik. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menyimpulkan, fase erupsi efusif yang ada memang berupa pertumbuhan kubah lava.
Kubah lava gunung Merapi terlihat dari kawasan Kali Talang, Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (29/12/2018).
Ia menekankan, posisi kubah lava saat ini masih stabil. Namun, BPPTKG tetap mengimbau radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi tetap steril dan tidak diperkenankan untuk aktivitas penduduk.
Kegiatan pendakian juga tidak direkomendasikan, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian terkait mitigasi bencana. Masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III diminta tetap meningkatkan kewaspadaan atas aktivitas Gunung Merapi.
Hanik mengatakan, BPPTKG akan segera melakukan tinjauan jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi. Selain itu, masyarakat diminta tidak mudah terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya.
"Tetap ikuti arahan aparat pemda atau tanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat melalui radio komunikasi pada frekuensi 165,075 Mhz, situs www.merapi,bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG atau Kantor BPPTKG," ujar Hanik.