REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) Muhammad Ali Yusuf mengatakan pemerintah perlu secara teratur menyosialisasikan kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat. Dengan demikian, kesadaran masyarakat terhadap bencana meningkat.
Sebab, masyarakat saat ini belum memahami cara merespons terjadinya bencana. "Arah lari ketika terjadi gempa pun kita tidak tahu kemana. Itu merupakan respon betapa tidak siapnya kita (terhadap bencana)," kata Ali Yusuf di Jakarta, Jumat (11/1) malam.
Menurut dia, cara mendidik masyarakat agar sadar bencana harus disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat. "Sosialisasi terhadap masyarakat perkotaan tentu beda dengan sosialisasi terhadap masyarakat pesisir," katanya.
Ia mencontohkan, bila dilakukan untuk masyarakat pedesaan, sosialisasi cukup dengan mengumpulkan massa di balai desa dan diberikan materi mengenai kebencanaan. Sementara bila untuk masyarakat kota, langkah sosialisasi bisa dilakukan dengan pengiriman sms secara massal atau dengan cara bekerja sama dengan e-commerce seperti Bukalapak atau Gojek untuk membantu menyosialisasikan.
"Untuk masyarakat perkotaan mungkin bisa dengan membuat iklan kerja sama dengan Gojek, Bukalapak dan lainnya," katanya.
Ali menuturkan, saat ini masyarakat Indonesia masih kurang waspada terhadap bencana. Bahkan, ia mendapati sejumlah orang yang masih mempertanyakan penyebab Indonesia kerap dilanda bencana.
"Indonesia ini memang rawan bencana. Harusnya diterima dan dipahami bagaimana untuk menghadapi bencana yang bisa datang sewaktu-waktu. Bukan malah mempertanyakan mengapa ini (bencana) terjadi," katanya.
Ia berharap kedepannya masyarakat Indonesia bisa mengambil pelajaran setiap terjadi bencana. "Bila siaga bencana jadi gaya hidup, orang tahu harus ngapain bila terjadi bencana. Tidak akan panik lagi," katanya.
Pada tahun 2018, setidaknya terjadi tiga bencana besar di Indonesia. Berawal pada gempa besar di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Agustus. Kemudian bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah pada akhir September. Di Desember, bencana tsunami terjadi di Selat Sunda yang menerjang pesisir pantai di Lampung dan Banten.