REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) berencana untuk melakukan beberapa hal terkait persoalan masa transisi Blok Rokan pada tahun ini. Selain penandatanganan kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) yang akan dilakukan dengan pemerintah pada Januari ini, Pertamina juga akan melakukan revitalisasi infrastruktur dan menggenjot produksi.
Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu menjelaskan untuk tahap awal, pada Januari ini Pertamina mentargetkan menyelesaikan administrasi PSC dengan pemerintah. Langkah ini merupakan serangkaian langkah yang dilakukan Pertamina pascaditunjuk sebagai operator baru Blok Rokan.
"Pada 20 Desember tahun lalu kita sudah tandatangani pembentukan anak usaha di Rokan, sudah lakukan pembayaran 21 persen bonus," ujar Dharmawan di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (17/1).
Selain menyelesaikan administrasi tersebut, Pertamina juga berencana untuk mengganti pipa distribusi di Blok Rokan. Sebab, pipa tersebut sudah 40 tahun beroperasi dan tergolong tua. Apabila tidak diganti maka akan beresiko kebocoran.
“Untuk mencegah terjadinya tidak bisa berpoduksi, kami putuskan untuk mengganti pipa," ucap Dharmawan.
Pembangunan pipa tersebut, menurutnya, bisa dilakukan tanpa menunggu alih kelola dari Chevron ke Pertamina pada 2021. Oleh karena, itu pihaknya akan segera melakukan proses tender.
Program lain yang akan dilakukan Pertamina tahun ini di Blok Rokan adalah mengebor sumur bersama Chevron. Kontrak baru Pertamina di Blok Rokan targetnya terlaksana bulan ini.
Lebih lanjut Dharmawan mengatakan untuk jumlah sumur yang dibor dan nilai investasi yang akan dikeluarkan pada tahun ini belum bisa disebutkan, karena kedua perusahaan tersebut masih membahasnya secara reguler. "Kick off-nya sudah dimulai," kata dia.
Produksi siap jual (lifting) Blok Rokan tahun 2019 sesuai dengan Rencana Program Kerja dan Anggaran (WP&B) hanya 190 ribu barel per hari (bph). Target itu turun 9,2 persen dibandingkan realisasi tahun 2018 yang mencapai 209.478 bph.