REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies/Asita) menyatakan Batam mulai ditinggalkan sebagai kota transit. Hal itu karena wisatawan nusantara (wisnus) memilih langsung berlibur ke Singapura tanpa singgah di kota itu.
"Sekarang wisatawan langsung ke sana. Bertemu kami di Singapura, sudah tidak lewat Batam lagi," kata Sekretaris DPD Asita Kepri, Febriansyah di Batam, Jumat (18/1).
Banyaknya wisnus yang langsung ke Singapura tanpa singgah di Batam itu merupakan akibat harga tiket pesawat internasional relatif lebih murah ketimbang penerbangan domestik. Ia mencatat, sampai sekarang pun, harga tiket pesawat masih mahal. Tarif pesawat Jakarta-Batam sudah mencapai di atas Rp 1 juta, sedangkan Jakarta-Singapura hanya sekitar Rp 500.000.
Meski begitu, kata dia, wisnus tetap menggunakan jasa agen perjalanan wisata yang berlokasi di Batam untuk melayani liburannya di Singapura. Namun, mereka tidak singgah terlebih dulu di Batam, untuk menghemat biaya perjalanan.
"Sudah kelihatan, mereka mengubah arah, seharusnya Jakarta ke Batam lalu ke Singapura, sekarang Jakarta langsung Singapura. Saya (agen perjalanan) menjemput mereka di Singapura," kata dia.
Menurut dia, kenaikan tarif tiket pesawat domestik akan mematikan parisiwata domestik Batam. Hal itu karena Batam adalah kota transit bagi warga Indonesia yang ingin melanjutkan perjalanan ke Singapura dan Malaysia.
"Efeknya industri pariwisata di Batam, kalau berlanjut terus, repot juga. Habislah Batam," kata dia.
Sebaliknya, kenaikan tiket domestik akan dimanfaatkan oleh agen pariwisata yang banyak menawarkan paket "outbond", dengan langsung mengatur perjalanan WNI di Singapura.
"Positifnya, mungkin travel agen outbond bisa panen, jual paket ke luar negeri. Tapi itu tidak bagus. Harapannya tiket normal, untuk mendukung pariwisata nusantara," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Batam, Ardiwinata menyatakan pihaknya sudah menerima keluhan dari pihak terkait yang khawatir dengan kenaikan tiket berdampak pada pariwisata di sana.
Rencana pemerintah untuk menjadikan Batam sebagai gerbang masuk wisman ke daerah lain di Indonesia juga terancam, karena mahalnya tiket domestik dari Batam ke berbagai daerah lain di Indonesia.
"Batam memang berpotensi dikembangkan menjadi gerbang, tapi dengan harga tiket mahal, bagasi pun mahal, maka potensi itu tertunda jadinya. Dukungan amenitas harus diperhatikan,," kata Ardi.
Ia berharap pemerintah pusat membuat regulasi agar harga membuat kebijakan agar dapat menekan harga tiket pesawat domestik.
"Kami berharap harga normal tidak mengurangi perlindungan keselamatan bagi penumpang," kata Ardi.