Selasa 29 Jan 2019 08:55 WIB

Banjir Muara Angke Sampai Lutut Orang Dewasa

Banjir disebabkan pompa di Rumah Pompa Waduk Muara Angke tidak berfungsi dengan baik

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Warga melintasi genangan air saat terjadi banjir rob di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (22/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga melintasi genangan air saat terjadi banjir rob di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Senin (28/1) pagi, Sriami (40 tahun) mulai membuka warung es krim miliknya yang berada di Jalan Muara Angke RW 21 Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Tiga hari sebelumnya, ia tak berjualan karena banjir menggenangi warung.

"Ini saya baru buka warung, dari kemaren pas banjir enggak bisa. Warung-warung di sini juga baru pada buka," kata perempuan yang akrab di sapa Ami saat ditemui Republika, Senin (28/1).

Ia memperlihatkan foto di ponselnya saat banjir terjadi. Lemari pendinginnya hampir saja terendam jika tidak diganjal dua batu batako putih. Pasalnya air masuk ke warungnya hingga merendam melebihi satu batako.

Ami juga sempat mengambil video ketika anak-anak bermain banjir di perempatan dekat warung. Hingga ada ibu-ibu melewati jalan tersebut, dari sana terlihat banjir melanda permukiman Muara Angke setinggi dengkul orang dewasa.

Menurut Ami, banjir sudah mulai terjadi pada Jumat (25/1) pagi. Ketika itu, hujan deras terus mengguyur kampungnya. Air kemudian menggenang di jalanan dan terus bertambah tinggi sampai akhirnya masuk ke rumah warga.

Banjir sebagian besar terjadi di RW 01 dan berdampak ke lingkungan RW 11 dan juga jalanan di RW 21. Termasuk rumah Ami yang berada di RT 06 RW 01 Kelurahan Penjaringan. Letak rumahnya lebih rendah hingga ruang tamunya terendam banjir. Sementara dapur dan kamar tidur memiliki lantai yang lebih tinggi sehingga tak tergenang air.

Namun, lanjut Ami, air berwarna hitam yang masuk ke rumahnya tak bisa ia hindari. Ia sendiri juga tak tahu akan terjadi banjir. Sebab, walaupun sebelumnya sudah musim hujan, air tak pernah sampai tinggi apalagi menggenangi permukiman.

Informasi yang ia dapatkan bahwa pompa di Rumah Pompa Waduk Muara Angke tidak berfungsi baik. Sehingga ketika hujan turun, pompa itu tak bisa menyedot volume air yang terus bertambah. “Ada pompa yang rusak di pintu air, biasanya enggak sampai banjir begini," kata Ami.

Kemudian, ia mengatakan, pihak kelurahan langsung mengerahkan alat pompa portabel. Akan tetapi, pompa itu tak secara cepat memompa air yang sudah terlanjur merendam permukiman. Sebab, lanjut Ami, dari Jumat banjir baru mulai surut pada Ahad pagi.

Hal serupa juga terjadi di rumah Pargiasih (47 tahun). Perempuan asal Semarang itu mengatakan, banjir surut pada Ahad sore. Ia juga baru mulai membersihkan rumahnya pada Ahad malam.

Selama banjir itu ia tak bisa membuka warung nasinya. Hingga Senin pun ia belum mulai berjualan. Banyak pekerjaan rumah yang menumpuk akibat banjir seperti mencuci pakaian karena mesin cucinya harus diangkat ke lantai dua. "Masih beres-beres. Belum jualan, enggak jualan itu ya dari Jumat," kata Asih.

Menurut dia, banjir setinggi dengkul orang dewasa saja sudah membuat pedagang tak bisa berjualan. Sehingga ia meminta pemerintah segera memperbaiki pompa air yang rusak tersebut.

Padahal, lanjut Asih, beberapa tahun terakhir sudah tidak terjadi banjir lagi di Muara Angke. Ia berharap di musim hujan ini, pemerintah berupaya keras mengantisipasi agar banjir tidak terjadi di permukiman yang juga dekat dengan laut. "Kalau dulu iya banjir. Sekarang ini sudah enggak pernah banjir. Banjir itu airnya hitam lagi kemarin ya," lanjut Asih.

Sementara itu, Kepala Seksi Lingkungan Hidup (LH) Kelurahan Pluti, Eddy Suhandi membenarkan pompa air yang ada di Rumah Pompa Waduk Muara Angke tak beroperasi baik. Menurutnya, pompa itu sedang diperbaiki.

"Penyebab banjirnya sebetulnya hanya satu, kebetulan pas hujan kemarin terus menerus pompa yang ada di waduk dalam keadaan kurang baik sedang diperbaiki," kata Eddy kepada Republika di lokasi, Senin (28/1).

Ia mengatakan, pihak Kelurahan Pluit langsung menggerahkan dua alat pompa portabel. Kemudian dibantu dengan alat pompa dari Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Utara dan Dinas SDA DKI Jakarta.

Eddy menyebut, ada delapan pompa portabel yang disebar di berbagai titik. Pompa-pompa itu, lanjut dia, belum digeser untuk mengantisipasi hujan yang akan turun selama perbaikan pompa di Rumah Pompa Waduk Muara Angke.

"Pompa ini tidak akan kami geser dulu selama masih cuacanya kelihatan mendung, pompa portabel ada delapan yang berfungsi," kata dia.

Eddy menambahkan, pasukan LH dan pasukan SDA sudah diturunkan untuk mengangkut sampah yang terbawa banjir. Pasukan oranye dan pasukan biru itu ditugaskan menyisir sampah yang ada di lingkungan terdampak banjir tersebut.

"Pasukan oranye sudah diturunkan membersihkan sampah yang mengambang. Ketika surut itu tidak lagi hampir 50 orang bekerja sama dengan Dinas Tata Air mengirimkan pasukan sama menyisir sampah juga," jelas Eddy.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement