REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pertemuan diplomat AS dengan perwakilan Korea Utara pada Jumat (8/2) lalu berjalan dengan sangat produktif. Trump mengumumkan ia akan bertemu dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un pada bulan depan di Hanoi, Vietnam.
"Perwakilan saya baru saja meninggalkan Korea Utara setelah menjalani pertemuan yang sangat produktif dan menyepakati tanggal dan waktu pertemuan kedua dengan Kim Jong-un, yang akan digelar di Hanoi, Vietnam pada 27 dan 28 Febuari," kata Trump di media sosial Twitter, Ahad (10/2).
Trump menambahkan ia tidak sabar bertemu dengan Kim Jong-un dan menciptakan perdamaian. Pada awal pekan ini Trump sudah mengumumkan tanggal pertemuan keduanya dengan Kim yang akan digelar di Vietnam tapi ia belum mengungkapkan kotanya.
Pada hari Jumat lalu Departemen Luar Negeri AS mengatakan Utusan Khusus AS untuk Korut Stephen Biegun berkunjung ke Pyongyang selama tiga hari. Kunjungan tersebut untuk mempersiapkan pertemuan kedua antara Trump dan Kim. Biegun dan Utusan Khusus Korut untuk AS Kim Hyok Chol sepakat akan bertemu lagi menjelang pertemuan tersebut digelar.
"(Dalam pertemuan itu) membahas kemajuan komitmen menyelesaikan proses denuklirisasi Presiden Trump dan Ketua Kim di pertemuan Singapura, mentransformasi hubungan AS-DPRK dan membangun perdamaian abadi di Semenanjung Korea," kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataan mereka.
Pernyataan tersebut mengindikasi belum ada kemajuan apa pun dalam pertemuan Biegun dan Kim Hyok Chol. Beberapa pekan menjelang pertemuan lanjutan pertemuan Trump dan Kim Jong-un yang pertama di Singapura pada bulan Juni tahu lalu, kedua belah pihak memperkecil perbedaan mereka atas permintaan AS ke Korut untuk menyerahkan program nuklir yang menjadi ancaman bagi AS.
Pada pekan lalu Biegun mengatakan kunjungannya ke Pyongyang bertujuan untuk mendorong kemajuan dalam komitmen yang sudah disepakati di Singapura. Selain itu juga untuk memetakan 'satu set hasil konkrit' pertemuan yang kedua.
Dia mengatakan pemerintah AS bersedia untuk mendiskusikan 'tindakan apa pun' demi memperbaiki hubungan dan membujuk Korut menyerahkan senjata nuklir mereka. Biegun menambahkan Trump juga telah bersedia untuk mendeklarasikan berakhirnya Perang Korea 1950-1953 yang terhenti atas perjanjian gencatan senjata bukan perjanjian perdamaian.
Beigun mengatakan dalam kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Pyongyang bulan Oktober tahun lalu Kim Jong-un telah berkomitmen untuk membongkar dan menghancurkan fasilitas pengayaan uranium dan platonium. Dalam kunjungannya ke Pyongyang kali ini Biegun mengatakan ia akan membahas 'langkah-langkah balasan yang diminta' Korea Utara.
Dalam kesempatan yang sama ia juga membuat daftar yang diminta ke Korut. Termasuk penutupan program nuklir dan misil yang telah ditolak Korut selama berpuluh-puluh tahun. Pada hari Sabtu (9/2) kemarin Biegun mengatakan pembicaraannya di Pyongyang berjalan dengan sangat produktif dan Trump sangat menantikan pertemuan keduanya dengan Kim Jong-un.
"Kami memiliki pekerjaan berat yang dilakukan dengan DPRK sekarang dan nanti, saya yakin kedua belah pihak tetap berkomitmen, kami bisa membuat kemajuaan nyata," kata Biegun dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha.
Trump lebih memilih memenangkan kebijakan luar negeri dibandingkan menyelesaikan permasalahan dalam negeri. Ia memaksakan pertemuan kedua ini meski Korut tidak membuat langkah signifikan untuk menyerahkan senjata nuklir mereka. Ia dan Beigun menekan manfaat ekonomi yang didapat Korut jika mereka melakukannya.
"Korea Utara, dibawah kepemimpinan Kim Jong-un, akan menjadi Kekuatan Ekonomi, ia mungkin akan mengejutkan beberapa orang tapi ia tidak akan mengejutkan saya karena saya sudah mengenalnya dan sangat memahami kemampuannya," kata Trump di Twitter.
Trump mengumumkan rencana pertemuan keduanya dengan Kim Jong-un di Pidato Kenegaraan pada pekan lalu. Trump mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan untuk mendorong perdamaian dengan Korea Utara. Tapi ia mengatakan berhentinya Korut melakukan ujicoba rudal selama 15 bulan terakhir menjadi bukti keberhasilannya.