REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya mensosialisasikan antisipasi flu babi (H1N1), meski sampai saat ini belum pernah ada kasus penyakit tersebut yang terjadi di Kota Pahlawan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Mira Novia mengatakan, sosialisasi ini dilakukan sebagai langkah preventif supaya terhindar dari serangan virus flu babi ini.
“Sampai sekarang belum ada yang terserang penyakit ini dan semoga tidak ada karena penangananya ribet. Kamarnya harus terisolasi, perawat dan dokternya harus memakai masker khusus, ambulannya harus selalu steril dan dibersihkan supaya tidak menular,” kata Mira di kantor Humas Pemkot Surabaya, Senin (11/2).
Mira menjelaskan, gejala-gejala penderita yang terkena virus H1N1 hampir sama seperti flu biasa. Dimana, si penderita mengalami batuk, demam, sesak hingga komplikasi di paru-paru. Oleh karena itu, apabila ada warga yang mengalami gejala-gejala ini, dia meminta segera diperiksakan ke dokter secepatnya.
“Namun yang paling penting juga adalah sebelum dia flu, perlu diketahui dulu dia habis bepergian kemana, apakah dari luar negeri yang negaranya pernah terserang virus H1N1?. Kalau memang dari negara yang terserang virus ini, maka ini indikasi bahwa dia benar-benar terserang flu babi,” kata dia.
Mira kemudian mengimbau kepada warga Surabaya yang akan bepergian atau wisata ke luar negeri dimaksud, supaya melakukan imunisasi sebelum berangkat. Menurutnya, hal ini penting untuk mengantisipasi tubuh supaya tidak ikut terserang ketika berkunjung ke negara yang pernah terserang virus H1N1.
“Di samping itu, kita harus selalu membudayakan hidup sehat sehari-hari, karena virus itu bisa datang dari mana-mana,” ujarnya.
Mira mengaku, selama ini, pengawasan terhadap babi dan pemotongan babi di Rumah Potong Hewan (RPH) sudah dilakukan secara maksimal. Bahkan, sudah ada tim khusus untuk mengecek babi-babi yang akan dipotong dan yang akan disebarkan di Surabaya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RPH Surabaya, Bela Bima juga memastikan pemotongan babi di instansinya sudah steril dan melalui beberapa pemeriksaan dan proses panjang. Awalnya, babi-babi itu didatangkan dari daerah-daerah penghasil ternak babi, seperti Blitar, Tulungagung, Situbondo dan beberapa daerah lainnya.
“Jadi, pada saat usia panen, dia dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan di daerah itu. Ini nanti yang akan mengeluarkan rekomendasi berupa surat keterangan kesehatan hewan. Nah, ketika tiba di RPH, surat inilah yang akan kami tanya,” kata Bima.
Selanjutnya, dokter hewan di RPH akan memeriksa lagi dan mencocokkan dengan surat keterangan kesehatan hewan yang telah dibuat oleh dokter hewan sebelumnya. Karenanya, dalam proses pemotongan babi di RPH, dilakukan filter atau pemeriksaan dua kali.
“Pemotongannya pun berbeda dengan sapi dan kambing. Dalam proses pemotongan inilah virus-virusnya dihilangkan. Tempatnya pun berbeda dengan pemotongan sapi dan kambing,” kata dia.
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement