REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Para pemimpin 12 faksi politik Palestina melakukan pembicaraan di Rusia. Pada kesempatan tersebut mereka menyampaikan penolakannya terhadap rencana perdamaian Timur Tengah Amerika Serikat (AS) atau dikenal dengan istilah "Deal of the Century".
Para pemimpin dari 12 faksi politik Palestina itu melakukan diskusi selama tiga hari di Moskow. Perwakilan Fatah Azzam al-Ahmad mengatakan, semua perwakilan menyatakan kepada bahwa Palestina menolak Deal of the Century.
Menurut dia, Deal of the Century adalah sebuah jebakan AS. "Jika skenario itu dilakukan, bahkan langit di atas Palestina akan ditempati," ujar al-Ahmad dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Moskow pada Rabu (13/2), dikutip laman Anadolu Agency.
"Rencana AS menyerukan negara Palestina di Jalur Gaza dan di beberapa bagian Semenanjung Sinai (di Mesir), tapi tanpa perbatasan dengan negara lain selain Israel," kata dia menambahkan.
Baca juga, Mahmoud Abbas Kecam AS karena Dorong Israel Aniaya Palestina.
Dengan wilayah yang diblokade seluruhnya oleh Israel, al-Ahmad menilai nantinya Palestina tidak akan bisa mandiri. Tanpa bandara dan diblokir dari semua sisi oleh Israel, hal ini akan membangun sebuah ghetto (kamp konsentrasi) Palestina.
Di sisi lain, al-Ahmad meyakini Deal of the Century tidak lagi menyematkan tentang status Yerusalem yang telah diakui sebagai ibu kota Israel oleh AS. Padahal Palestina mendambakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depannya.
Anggota terkemuka Hamas Mousa Abu Marzouk juga menyatakan penolakannya terhadap Deal of the Century. "Kami tidak bisa membiarkan Jalur Gaza terisolasi. Kami menolak solusi Amerika untuk masalah ini, yang mereka sebut sebagai Deal of the Century," katanya.
Sementara pembicaraan antarfaksi Palestina di sana berakhir tanpa adanya penandatangan kesepakatan. Para perwakilan menutup konferensi pers dengan seruan mendesak rekonsiliasi nasional. Sebab hanya Palestina yang bersatu yang dapat menentang konspirasi AS-Israel tersebut.
AS diketahui telah menyiapkan kerangka perdamaian baru untuk Palestina dan Israel yang dikenal dengan Deal of the Century. AS disebut akan memperkenalkan kerangka perdamaian itu tahun ini.
Namun Palestina telah menyangsikan kerangka tersebut. Sebab AS disebut tak lagi mencantumkan masalah Yerusalem dan status pengungsi Palestina di dalamnya.