REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut (BRG) memantau kebakaran lahan gambut yang kembali terjadi di sejumlah titik di Provinsi Riau. BRG mencurigai ada oknum yang sengaja melakukan pembakaran demi kepentingannya.
Kepala BRG, Nazir Foead menyebut mayoritas penyebab kebakaran gambut ialah ulah manusia sendiri. Ia tak heran bila kasus kebakaran kembali terjadi terus menerus, khususnya di wilayah Sumatra yang kaya gambut.
"Tentu ini saya curiga dibakar pihak tertentu. Kalau kebakaran gambut 99 persen dibakar orang," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (19/2).
Ia menduga ada praktik melawan hukum di daerah yang terbakar. Nazir meminta aparat kepolisian menyelidiki dugaan pembakaran tersebut. Sehingga akan muncul efek jera bagi oknum pembakar lahan. Sebab selama ini, penegakan hukum dirasa kurang menyentuh pelaku utama pembakaran lahan.
Baca juga, Saat Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau Makin Meluas.
Namun sayangnya, BRG terbatas kewenangannya dalam hal penegakan hukum. BRG mesti berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum guna menciptakan keadilan.
"Kebakaran di sana kita yakin dibakar, mungkin ada hubungan dengan kegiatan melawan hukum. Perlu penegakan hukum Polri, KLHK selidiki lebih jauh, ini bukan kewenangan kami," ujarnya.
Berdasarkan data BPBD Riau, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terus meluas sejak Januari hingga awal Februari 2019. Diperkirakan sudah ada hampir 1.000 hektar luas lahan terbakar. Mayoritas lahan terbakar sebanyak 620 hektar berada di Kabupaten Bengkalis, tepatnya di Kecamatan Rupat, Bantan dan Talang Muandau. Jenis lahan yang terbakar didominasi gambut.
Pemprov Riau dikabarkan bakal segera menetapkan status siaga Karhutla. Menyusul sejumlah Kabupaten/Kota disana yang turut terdampak Karhutla.