Jumat 22 Feb 2019 13:33 WIB

FPI Bantah Intimidasi Jurnalis Saat Acara Munajat 212

FPI mengklaim semua media bebas melakukan peliputan Munajat 212.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Warga mulai menempati lapangan Monumen Nasional, Jakarta untuk mengikuti acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang bertemakan malam munajat mengetuk pintu langit untuk keselamatan agama, bangsa dan negara, yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta. Kamis (21/2).
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Warga mulai menempati lapangan Monumen Nasional, Jakarta untuk mengikuti acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang bertemakan malam munajat mengetuk pintu langit untuk keselamatan agama, bangsa dan negara, yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta. Kamis (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Laskar Front Pembela Islam (FPI) Maman Suryadi membantah ada intimidasi yang dilakukan anggota FPI terhadap jurnalis yang sedang bertugas meliput acara Munajat 212 di Monas pada Kamis (21/2). Dia mengklaim, semua media saat itu bebas melakukan peliputan.

"Kalau itu (jurnalis mendapat kekerasan dalam acara Munajat 212), saya belum dengar ya berita itu, karena situasinya mungkin cukup ramai ya. Tapi yang jelas, kalau media sih enggak ada kita tolak, enggak kita usir. Intinya media bebas-bebas saja mengambil berita semalam," kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (22/2).

Baca Juga

Bahkan, Maman mengatakan, ada media asing dari Australia yang ikut meliput agenda tersebut dan berlangsung dengan lancar. Menurut dia, kalau pun informasi terkait kekerasan terhadap jurnalis dalam agenda Munajat 212 benar adanya, maka mungkin itu terjadi karena ada kesalahpahaman.

"Mungkin ada kesalahpahaman kali ya. Yang jelas untuk peliputan tadi malam, tidak ada masalah. Semua media online ada di lapangan kok. Kita juga menjaga kondusivitas. Masalah media ini juga enggak kita intimidasi. Jadi sebenarnya enggak ada. Bebas-bebas saja semalam mau meliput," kata dia menegaskan kembali.

Maman menolak acara Munajat 212 disebut ricuh. Menurutnya, acara itu secara keseluruhan berjalan lancar.

"Cuma semalam itu, tim pengamanan itu banyak yang menangkap copet. Jadi kericuhan itu bukan kericuhan acara, tapi kericuhan karena adanya copet. Ada kelompok copet yang kita tangkap sampai ada enam orang," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan telah terjadi kericuhan di area Monas pada Kamis (21/2) malam saat berlangsungnya Munajat 212. Kericuhan makin runyam lantaran ada jurnalis yang menjadi korban kekerasan hingga rekaman videonya diminta untuk dihapus oleh sebagian massa.

Ketua AJI Jakarta, Asnil Bambani Amri, mengatakan, mendapatkan keterangan dari koordinator liputan CNN Indonesia TV, Joni Aswira yang memang berada di lokasi kejadian tersebut. Malam itu, kata Asnil, menurut penuturan Joni, belasan jurnalis dari berbagai media berkumpul di sekitar pintu masuk VIP, dekat dengan panggung acara.

Mereka menanti sejumlah narasumber yang datang untuk diwawancarai. Namun sekitar pukul 21.00 WIB, terjadi keributan dan terlihat massa tengah mengamankan orang.

"Saat itu, beredar kabar ada copet tertangkap sehingga para jurnalis yang berkumpul langsung mendekati lokasi kejadian. Beberapa di antaranya merekam, termasuk jurnalis foto (kamerawan) CNN Indonesia TV," kata Asnil dalam siaran pers yang diterima Republika pada Jum'at (22/2).

Kamera jurnalis CNN Indonesia TV cukup mencolok sehingga menjadi bahan buruan sejumlah orang. Massa yang mengerubungi bertambah banyak dan tidak terkendali. Beberapa orang membentak dan memaksa para jurnalis untuk menghapus gambar kericuhan yang sempat terekam beberapa detik.

"Saat sedang menghapus gambar, Joni mendengar ucapan bernada intimidasi dari arah massa. 'Kalian dari media mana? Dibayar berapa?”,  “Kalau rekam yang bagus-bagus saja, yang jelek enggak usah!' kata Asnil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement