REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Pemerintah Vietnam telah memperketat keamanan menjelang pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Kim diketahui telah tiba di Hanoi setelah melakukan perjalanan menggunakan kereta lapis baja dari negaranya.
"Keamanan akan berada pada tingkat maksimum," kata Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam Le Hoai Trung pada Selasa (26/2).
Otoritas Vietnam diketahui telah menerapkan larangan lalu lintas yang belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang rute yang dilalui Kim di Hanoi. Harian Nhan Dan dari Partai Komunis, mengutip sumber dari otoritas lalu lintas, larangan tersebut diperkirakan akan berdampak pada bentangan High One dari Dong Dang, yang berbatasan dengan Cina, sejauh 169 kilometer ke Hanoi.
Sebelum Kim tiba, ratusan tentara juga telah disiagakan di dekat stasiun kereta Dong Dang. Hal itu dilakukan mengingat otoritas Korut yang sangat waspada atas keselamatan Kim. Keputusan Kim datang ke Vietnam dengan menggunakan kereta disebut dipengaruhi oleh kesiapan negara itu dalam hal keamanan.
Selain keamanan, Vietnam juga telah merias Hanoi untuk menyambut kedatangan Kim dan Trump. Ratusan bendera Korut serta AS dipasang di sekeliling kota tersebut.
Banyak pula pedagang yang menjajakan kaos bergambar wajah Kim bertuliskan "Rocket Man". Kata itu adalah sebuah ejekan dari Trump untuk Kim ketika Korut melakukan uji coba rudal pada 2017.
Pertemuan antara Kim dan Trump di Hanoi merupakan yang kedua. Sebelumnya mereka telah bertemu di Singapura pada Juni 2018.
Sama seperti sebelumnya, topik yang akan dibahas dalam pertemuan kedua adalah tentang denuklirisasi Korut. Seusai perhelatan KTT di Singapura, Pyongyang sebenarnya telah menyatakan bersedia untuk menghentikan segala aktivitas rudal dan nuklirnya.
Hal itu dibuktikan Korut dengan menutup situs uji coba rudal serta nuklir di negaranya. Korut berharap dengan tindakan demikian AS segera mencabut sanksi ekonominya. Namun Washington urung melakukannya.
AS menyatakan hanya akan mencabut sanksinya jika Korut benar-benar tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengembangkan rudal dan nuklir. Hal itu pun harus terverifikasi seutuhnya.
Karena masalah tersebut, AS dan Korut sempat bersitegang kembali. Pertemuan di Hanoi diharapkan dapat menemukan solusi bagi permasalahan tersebut.