REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebutkan, situasi di Kabupaten Nduga, Papua, saat ini masih aman. Ia juga mengatakan ultimatum yang dikeluarkan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) merupakan propaganda untuk membuat masyarakat resah.
"Hingga saat ini saya belum dapat laporan soal adanya kontak tembak. Tapi kalau ultimatum, dia (KKSB) sengaja membuat itu untuk membuat gaduh saja," ujar Aidi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (26/2).
Menurut Aidi, Nduga adalah bagian dari kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti daerah lainnya. Negara, sambung Aidi, tidak boleh mundur hanya karena adanya ultimatun atau gertakan yang dikeluarkan oleh KKSB itu.
"Tapi kita imbau juga masyarakat untuk tetap waspada dan jangan takut karena memang itu yang diharapkan mereka, membuat keresahan ketakutan sebagai bentuk teroris ya memang tujuannya untuk menakut-nakuti, tapi kita tidak akan mundur," jelas dia.
Ia juga menerangkan, situasi di Nduga saat ini kondusif, tetapi KKSB memang kerap memutarbalikkan fakta. Jika memang benar KKSB melakukan apa yang mereka katakan itu maka menurut Aidi merekalah yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
"Jadi dia tidak membedakan kombatan-nonkombatan, warga sipil atau aparat keamanan dia hajar semuanya kalau itu memang direalisasikan," tutur Aidi.
Aidi menambahkan, untuk keamanan masyarakat, aparat keamanan akan melakukan pengamanan terhadap seluruh warga negara semaksimal mungkin. Hal tersebut, ujarnya, memang merupakan kewajiban TNI sebagai bagian dari aparat keamanan.
"Pembangunan di Nduga tetap kita laksanakan secara bertahap. Nanti personel akan masuk melakukan pembangunan," terangnya.