REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Sastra, Ahmadun Yosi Herfanda, menyebut, sastra Islami merupakan karya sastra yang memiliki nilai dan tujuan untuk menyampaikan nilai-nilai islami. Temanya pun beragam bisa menyangkut ke-Esa-an tuhan, moral, kedermawanan, dan kemanusiaan.
Nilai-nilai Islam yang luas dan mencakup semua aspek kehidupan ini menjadi substansi penting yang harus disampaikan dalam karya tersebut.
"Beda antara sastra islami dan Islam. Kalau sastra islami, dia bisa ditulis oleh siapa pun, non-Muslim pun bisa karena sifatnya yang lebih ke aspek ke hidupan manusia. Kalau karya sastra Islam, sudah pasti penulisnya harus Muslim," ujarnya. Dia menambahkan, karya-karya Kahlil Gibran disebut merupakan salah satu contoh sastra Islami yang ditulis oleh non-Muslim.
Sejauh ini ia menilai perkembangan karya sastra islami masih baik. Produktivitasnya pun masih berjalan dengan bagus. Masih banyak beredar di pasaran karya novel ataupun cerpen islami, termasuk puisi yang bersifat religius. Regenerasi pun berjalan dengan baik.
Meski begitu, ia menilai, ada sedikit pergeseran cara penulisan karya sastra Islami. Dulu, karya Islami bersifat eksklusif. Penggambaran ritual keagamaan seperti shalat dan mengaji diungkapkan secara jelas. Kini, mulai beredar karya Islami yang inklusif dan menggambarkan secara lebih universal, tetapi tetap terasa nuansa agamisnya.
Ahmadun pun menilai dulu karya sastra Islami ini didominasi oleh laki-laki. Namun, beberapa tahun terakhir berbagai nama penulis perempuan mulai bermun cul a n dan memiliki pasarnya sen diri. Di antara namanya ada Afifah Afra, Sinta Yudisia Wisudanti, Hanum Salsabiela Rais, dan tak lupa Asma Nadia.
"Karya sastra Islami cakupannya tidak hanya novel, tapi juga yang banyak ditulis dan memengaruhi pasar adalah novel. Novel adalah karya sastra yang paling banyak diserap pasar," ujar jurnalis senior dan sas trawan ini.