Senin 04 Mar 2019 20:42 WIB

Hingga Awal Maret Tercatat 2.343 Kasus DBD di Jakarta

Diprediksi sampai Maret angka kasus DBD tetap jadi tinggi.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ani Nursalikah
Kasus DBD Jakarta. Perawat memeriksa kondisi pasien DBD di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Kasus DBD Jakarta. Perawat memeriksa kondisi pasien DBD di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di DKI capai 2.343 hingga 3 Maret 2019. Kepala Dinkes DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, kasus DBD berpotensi masih meningkat seiring kelembaban di DKI yang juga masih tinggi.

"Diprediksi sampai Maret angkanya tetap jadi tinggi karena memang kelembabannya tinggi di DKI Jakarta," ujar Widyastuti dalam konferensi pers di kantor Dinkes DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (4/3).

Baca Juga

Ia mengatakan, sudah bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan pengembangan model peringatan dini penyebaran penyakit demam berdarah berbasis iklim. Dalam pemodelan itulah diprediksi kasus DBD di ibu kota hingga Maret berpotensi masih bertambah karena kondisi iklim.

Ia merinci dari 2.343 kasus antara lain 134 kasus terjadi di Jakarta Pusat, 220 kasus di Jakarta Utara, 651 di Jakarta Barat, 651 kasus Jakarta Selatan, 685 kasus di Jakarta Timur dan dua kasus di Kepulauan Seribu. Widyastuti mengungkap tiga kota di DKI dengan jumlah kasus DBD terbanyak.

Ia memaparkan, berdasarkan IR per 100 ribu penduduk di keenam wilayah. Tiga wilayah itu yakni Jakarta Selatan IR 28,7, Jakarta Barat IR 25,1, dan Jakarta Timur IR 23,3. Disusul dengan Jakarta Pusat IR 14,4, Jakarta Utara IR 12,1 dan Kepulauan Seribu IR 8,2.

"Untuk tiga wilayah, Jakarta Barat, Selatan, dan Jakarta Timur, ya beda tipislah, artinya hampir sama. Ini sama dengan gambaran kelembaban udara yang disampaikan oleh BMKG," kata Widyastuti.

Widyastuti memaparkan, adapun angka kasus DBD dari Januari 2 Maret 2019 tercatat 2.282 kasus dengan insiden rate (IR) 21,61 per 100 ribu penduduk dan satu kematian atau case fatality rate (CFR) 0,04 persen. Sementara, selama 2018 tercatat 2.963 kasus DBD di Jakarta dengan IR 28,31 per 100 ribu penduduk dan dua kematian atau CFR 0,07 persen.

Sedangkan, kata dia, angka pada 2018 tersebut menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2017 dilaporkan 3.362 kasus dengan IR 32,42 per 100 ribu penduduk dan satu kematian. Angka itu jauh dari total kasus DBD di Jakarta pada 2016 sebanyak 20.432 kasus dengan IR 198,8 per 100 ribu penduduk dan 14 kematian.

Widyastuti mengungkap tiga kota di DKI dengan jumlah kasus DBD terbanyak. Ia merinci berdasarkan IR per 100 ribu penduduk di keenam wilayah. Diantaranya Jakarta Selatan IR 28,7, Jakarta Barat IR 25,1, dan Jakarta Timur IR 23,3. Disusul dengan Jakarta Pusat IR 14,4, Jakarta Utara IR 12,1 dan Kepulauan Seribu IR 8,2.

Kemudian, Widyastuti juga mengatakan, lima kecamatan dengan kasus DBD tertinggi di ibu kota. Kelima kecamatan itu antara lain Kalideres, Pasar Rebo, Cipayung, Matraman, dan Jagakarsa. Untuk itu, ia mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kota dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wilayah terkait.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement