Jumat 08 Mar 2019 10:51 WIB

Banjir Melanda Jawa

Banjir merusak rumah, sawah, dan infrastruktur dasar.

Red: Budi Raharjo
Susasana jalan tol Trans Jawa ruas Ngawi-Kertosono pada KM 603-604 yang terendam banjir di Desa Glonggong, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (7/3/2019).
Foto: Antara/Siswowidodo
Susasana jalan tol Trans Jawa ruas Ngawi-Kertosono pada KM 603-604 yang terendam banjir di Desa Glonggong, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (7/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir melanda sejumlah daerah di Pulau Jawa. Banjir terjadi akibat hujan deras dalam beberapa hari terakhir dan meluapnya air sungai.

Di Provinsi Jawa Timur (Jatim), banjir menggenangi 15 kabupaten. Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat, ada sekitar 12.495 ribu kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, hujan deras menyebabkan banjir karena sungai-sungai dan drainase yang ada tidak mampu mengalirkan air di permukaan. "Sehingga, banjir merendam banyak tempat," kata Sutopo, Kamis (7/3).

Sebanyak 15 kabupaten di Jatim yang dilanda banjir, antara lain, Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, dan Tuban. "Daerah yang paling parah dilanda banjir adalah Kabupaten Madiun," ujarnya.

Ia menjelaskan, banjir di Kabupaten Madiun terjadi akibat meluapnya Sungai Jeroan yang merupakan anak Sungai Madiun. Sebanyak 39 desa, delapan kecamatan di Kabu paten Madiun terendam.

Khusus di Madiun, banjir berdampak pada 4.317 KK atau 17.268 jiwa. Banjir turut merusak beberapa unit rumah, 253 hektare sawah, serta infra struktur, seperti jembatan dan tanggul. Pemkab Madiun menetapkan masa tanggap darurat banjir selama 14 hari, yaitu pada 6-19 Maret 2019.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Suban Wahyudiono mengungkapkan, hujan turun dengan intensitas tinggi sejak Rabu (5/3). Awalnya, banjir di Madiun hanya terjadi di beberapa titik.

Namun, banjir meluas akibat jebolnya Sungai Jeroan. Di titik tertentu, banjir di Madiun mencapai keda laman empat meter. "Tapi, banjir yang empat meter itu tidak terjadi di permukiman, tapi di pesawahan atau dekat-dekat sungai," ujar Suban.

Bencana banjir membuat ruas Tol Kertosono-Madiun, tepatnya di Kilometer 603-604, terpaksa ditutup. Ruas tol yang ditutup dari arah Caruban ke Madiun. Penutupan dilakukan lantaran titik tersebut terendam akibat luapan air dari sungai di Desa Gelonggong, Kecamatan Balerejo.

Kasat Patroli Jalan Raya (PJR)Polda Jatim AKBP Bambang S Wibowo mengungkapkan, ketinggian air yang menggenangi ruas Tol Kertosono-Madiun mencapai 60 cm. Sehingga ruas jalan tersebut tak bisa dilalui kendaraan golongan satu.

Bencana banjir tak hanya terjadi di Jawa Timur, tetapi juga di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Hujan yang melanda DIY pada Rabu (6/3), bahkan bukan hanya menimbulkan banjir, melainkan juga tanah longsor. Dua bencana hidrometeorologi itu sebagian besar melanda Kabupaten Gunungkidul.

Manager Pusdalops BPBD DIY Danang Sam surizal mengatakan, banjir dan tanah longsor sedikitnya melanda empat kecamatan, yaitu Kecamatan Semin, Nglipar, Ngawen, dan Gedangsari. Walau tidak adan korban jiwa, 17 KK ter dampak tanah longsor sehingga rumahnya mengalami kerusakan ringan hingga berat.

Musibah banjir turut melanda warga di Kabupaten Bandung. BPBD Kabupaten Bandung mengungkapkan, hujan deras yang merata pada Rabu (6/3) menyebabkan 10 titik di 10 kecamatan terendam.

Ketinggian air sudah surut di beberapa titik. Namun, masih ada tiga kecamatan yang masih terendam banjir, yakni Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Baleendah, dan Bojongsoang.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung Sudrajat mengatakan, ketinggian banjir di tiga kecamatan tersebut bervariasi mulai dari 10 cm hingga 2 meter. "Ratusan jiwa diungsikan di gedung Inkanas, selter Dayeuhkolot dan kantor RW 02 dan di gedung tango," ujarnya, Kamis (7/3). Menurut dia, di Kecamatan Baleendah, warga yang terdampak mencapai 5.000 KK.

Banjir di Baleendah merenggut korban jiwa. Seorang warga bernama Rizki (22 tahun) ditemukan tewas di rumahnya sekitar pukul 08.00 WIB, Kamis (7/3). Ia diduga tersengat aliran listrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement