REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam, Sumatra Barat (Sumbar) akhir pekan ini memasang empat kamera pengintai untuk mendeteksi keberadaan buaya di Sungai Masang Kiri, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Di tempat tersebut terjadi penyerangan buaya terhadap manusia tengah pekan ini.
Korban penyerangan adalah warga Kabupaten Pasaman, Misrel (35 tahun). Misrel harus dilarikan ke Rumah Sakit M Djamil Padang karena luka-luka akibat gigitan buaya. Sebelumnya, Misrel dan sejumlah temannya berada di Sungai Masang Kiri untuk mencari ikan.
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Kabupaten Agam, Ade Putra mengatakan, hasil pantauan kemera pengintai yang dipasang, tidak menemukan secara pasti keberadaan buaya tersebut. Mereka hanya menemukan jejak dua ekor buaya. Satu berukuran panjang empat meter. Satu lagi berukuran panjang dua meter.
"Tidak ada ditemukan (buaya). Hanya jejak saya," kata Ade melalui pesan elektronik, Ahad (10/3).
Ade menjelaskan, pemasangan kamera pengintai di beberapa titik di Sungai Masang Kiri dimulai sejak Jumat (8/3).
Dua malam ini sejak kamera dipasang, kondisi di kawasan Agam selalu hujan terlebih pada malam hari. Air sungai meluap sampai ketinggian empat meter. BKSDA, kata Ade, menduga buaya telah menuju muara. "Sepertinya pergi ke arah muara," ujar Ade.
Sebelumnya diberitakan seekor buaya menyerang manusia di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. BKSDA membenarkan adanya habitat buaya muara atau crocodylus porosus di lokasi tersebut. Sebelumnya, buaya di sana tidak pernah menyerang manusia. Tapi kejadian kemarin disebabkan karena Misrel tidak sengaja menginjak buaya sehingga buaya mengamuk.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas dulu di sekitar Sungai Masang Kiri demi keamanan. BKSDA menyebut buaya di sana masih sensitif terhadap manusia. Karena saat penyelamatan Misrel dari gigitan, teman-teman Misrel yang lain sempat berduel sampai melukai sang buaya.