REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Rumah Sakit Christchurch memprioritaskan pasien yang terluka dalam serangan di masjid untuk operasi selama beberapa hari mendatang. Hari ini tenaga medis menjalankan tujuh operasi akut. Jumlah tersebut lebih banyak dari yang biasa mereka lakukan pada Ahad.
Rumah sakit menjelaskan, banyak dari orang-orang ini membutuhkan beberapa operasi karena sifat kompleks dari cedera. Terdapat kebutuhan memberikan sejumlah operasi yang lebih pendek secara bertahap sehingga pasien memiliki peluang terbaik untuk sembuh.
Sebanyak 34 korban penembakan masih dalam penanganan Rumah Sakit Christchurch. Dua orang boleh pulang kemarin malam dan menurut rumah sakit dua orang lagi diperkirakan akan cukup sehat untuk pulang hari ini.
Ada juga seorang gadis berusia empat tahun di Rumah Sakit Starship di Auckland dalam kondisi kritis. Dia dipindahkan dari Christchurch ke Auckland pada Sabtu (16/3).
"Kemarin kami merawat dan membolehkan pulang sembilan pasien baru yang terluka dalam serangan di masjid dan datang ke gawat darurat Rumah Sakit Christchurch dengan luka seperti pecahan kaca, laserasi dan cedera punggung, lutut dan kaki. Rumah Sakit Christchurch memiliki kapasitas yang baik saat ini dan kami memiliki staf yang baik," kata pernyataan rumah sakit, seperti dilansir di New Zealand Herald, Ahad (17/3).
Kepala operasi Greg Robertson mengatakan beberapa pasien dikirim dengan mobil dan kemudian banyak ambulans tiba selama periode waktu tertentu. "Staf medis garis depan yang berurusan dengan para korban adalah bagian dari sebuah komunitas dan kami berjuang dengan itu sama seperti orang lain," kata Robertson.
Dia mengatakan tanggapan dari staf rumah sakit terhadap penembakan tersebut adalah horor, tercengang, dan marah. Pasien langsung mendapatkan perawatan di rumah sakit. Menurut Robertson, korban didominasi laki-laki dan sebagian besar cedera penembakan berada pada perut dan dada.
"Staf rumah sakit melakukan segalanya dengan sangat baik, tapi secara fisik, di antara kami ada yang lelah. Seluruh pengalaman ini sedikit menantang untuk staf," kata Robertson.
Seperti yang terjadi pada tragedi lainnya, petugas medis bertanya-tanya apakah ada hal-hal yang bisa mereka lakukan dengan lebih baik. Robertson mengakui mereka yang sampai di sini memiliki kesempatan selamat.
Mereka yang tidak sampai di rumah sakit ini tidak memiliki kesempatan. Banyak korban selamat karena petugas medis ambulans.
Rumah sakit ini memiliki protokol kejadian korban dalam jumlah besar yang mereka lakukan menyusul terjadinya teror penembakan. Robertson mengatakan, petugas medis telah banyak membantu menangani korban luka berat setelah bekerja menangani korban gempa Canterbury pada 2010 dan 2011.
Demi menolong para korban, RS menunda beberapa operasi yang direncanakan untuk penduduk setempat dan berterima kasih atas pengertian mereka. Namun, RS memastikan janji rawat jalan tetap berjalan sesuai rencana.
"Saya ingin menekankan pentingnya menjaga diri sendiri dan satu sama lain. Merasa gelisah dan marah saat ini adalah reaksi yang sepenuhnya normal. Bencana dan guncangan besar berdampak pada kita semua, dan mengatasinya tidak selalu mudah. Habiskan waktu dengan orang yang Anda cintai dan bicarakan bagaimana perasaan Anda," kata Robertson.
RS juga mengingatkan untuk saling menjaga dan berhubungan dengan orang-orang yang rentan di komunitas, seperti orang tua dan mereka yang tinggal sendirian.