REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Komando strategis angkatan darat (Kostrad), menggandeng para jawara yang tergabung dalam ikatan pencak silat Indonesia (IPSI) untuk melatih prajurit. Sedikitnya, ada 250 prajurit TNI AD dilatih pencak silat untuk menjadi pendekar. Pelatihan ini, akan berlangsung selama 45 hari di Danharlat Kostrad Sanggabuana, Kampung Parakan Badak, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.
Panglima Kostrad Letjend TNI Besar Harto Karyawan, mengatakan, pihaknya sengaja bersinergi dengan IPSI, supaya ilmu bela diri yang dimiliki prajurit terus bertambah. Meskipun saat ini, prajurit TNI AD sudah banyak yang dibekali kemampuan bela diri. Namun, mayoritas ilmu bela dirinya berasal dari luar. Seperi, judo, kempo, taekwondo, ataupun jiujitsu.
"Padahal, kita juga punya ilmu bela diri yang cukup terkenal dan fenomenal. Yaitu, pencak silat," ujar Harto, disela-sela pembukaan pelatihan cakra di Danharlat Kostrad Tegalwaru, Karawang, Senin (18/3).
Selama ini, lanjut Harto, dasar ilmu bela diri militer sudah ada. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, ilmu ini harus terus dikembangkan. Serta, disesuaikan dengan kondisi saat ini. Sedangkan, pencak silat merupakan ilmu bela diri yang sudah ada sejak zaman dulu.
Namun, makin ke sini ilmu tersebut kurang booming. Bahkan, sedikit terkalahkan dengan ilmu bela diri dari luar negeri. Padahal, dalam pencak silat, dasar ilmu bela diri kemiliteran sudah tercakup. Termasuk, 15 cakra untuk melumpuhkan pihak lawan. Hal itu, ada dalam silat.
Karenanya, lanjut Harto, di tahun ini, pihaknya telah bersinergi dengan IPSI, untuk menggembleng dan mengasah kemampuan ilmu bela diri para prajurit ini. Ada 250 prajurit. Termasuk, 15 di antaranya prajurit wanita (Kowad).
"Harapannya, prajurit kita semakin handal lagi dalam ilmu bela dirinya. Serta, bisa mengkolaborasikan antara ilmu dasar militer dengan seni budaya dari pencak silat itu sendiri," ujarnya.
Sehingga, 250 prajurit ini akan menjadi 'virus' untuk menularkan ilmu bela dirinya ke teman-temannya di masing-masing kesatuan. Selain itu, pihaknya ingin pencak silat ini, bisa diakui di mata dunia, sebagai ilmu bela diri asli Indonesia. Serta, silat ini harus menjadi kekuatan pamungkas para prajutit, yang merupakan pagar bagi pertanahan bangsa.
Pelatihan ini, akan berlangsung selama 45 hari. Hasilnya nanti, diharapkan insting para prajurit ini akan semakin peka dan terasah. Namun, ilmu bela dirinya itu bukan untuk sombong atau mendzalimi pihak lain. Tetapi, sebagai perisai pelindung diri.
Ketua Harian IPSI Jabar Sonny Hersona, mengatakan, ada 12 pelatih yang diturunkan untuk mengasah kemampuan para prajurit ini. 12 pelatih itu, dari berbagai paguron (perguruan) yang telah tergabung dalam IPSI. Ada empat poin yang jadi titik berat selama latihan. Yaitu, prajurit akan dilatih dari aspek olahraga, bela diri, seni budaya, serta mental spiritualnya.
"Satu kebanggaan bagi kami, saat Pangkostrad serius menjajaki kerja sama ini. Apalagi, ilmu bela diri militer akan dipadupadankan dengan pencak silat. Ini sangat luar biasa," ujar Sonny.
Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan bisa melahirkan pendekar di kalangan prajurit. Jadi, selain jago taktik dan strategi, mereka juga pandai dan menguasai bela diri. Dengan begitu, para prajurit ini memiliki karakter yang berbeda.