REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI -- Jembatan yang menghubungkan warga Kelurahan Hinekombe ke pusat ekonomi di Sentani, ambrol sejak peristiwa banjir bandang, pada Sabtu (16/3) malam. Derasnya aliran banjir membuat jembatan luluh-lantak seketika. Hingga kini, aliran masih deras melintasi sebuah kali di kolong jembatan selebar dua mobil itu.
Salah seorang warga sekitar, Erik Kamo (40 tahun) menuturkan, setelah jembatan roboh, Ahad (17/3) pagi, masyarakat langsung bergotong-royong untuk membentangkan beberapa batang pohon kelapa berdiameter sekira 50 sentimeter di atas aliran kali. Kemudian di atasnya ditaruh kayu panjang dengan arah berlawanan.
Namun, upaya itu belum menjadikan jembatan kayu itu kuat. Lebarnya pun hanya cukup untuk dua motor melintas. Sehingga, mobil-mobil besar seperti off-road dan truk menyeberangi kali tersebut dengan melewati sisi sebelahnya.
Pada Kamis (21/3) pagi ini, di bawah derasnya hujan yang mengguyur, warga setempat kembali bergotong-royong memperkokoh jembatan dibantu relawan Baznas Tanggap Bencana (BTB). Namun hingga kini jembatan tersebut masih belum bisa dilintasi.
"Ini jembatan jadi jalan utama kita buat ke pusat kota (Jalan Raya Kemiri-Sentani)," kata Erik yang merupakan orang asli Sentani.
Banyak motor warga yang tidak bisa melintasi derasnya arus banjir bandang di kali itu sehingga diparkir di depan jembatan. Hanya motor berkekuatan besar, terutama trail, yang bisa melewati terjangan arus banjir. Mobil yang bisa melintas pun hanya yang 4WD. Hingga saat ini, arus banjir bandang di permukiman BTN Sosial, Hinekombe, Sentani, masih deras.
Di kelurahan Hinekombe ini, ada dua permukiman. Pertama perumahan BTN Sosial yang berada di dataran rendah, dan kedua, perumahan BPD Gunung yang letaknya di dataran tinggi dekat Gunung Cyclop. Kawasan permukiman ini sebagian besar diterjang arus banjir bandang.