REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH— Dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru yang dicat belum lama ini dan baunya masih tercium, yang menjadi lokasi penembakan brutal teroris Brenton Tarrant, dibuka kembali pada Sabtu (24/3).
Banyak penyintas termasuk di antara jamaah yang pertama kali masuk dan berdoa bagi mereka yang telah wafat.
Di Masjid Al Noor, shalat berlangsung seperti biasa dengan aparat keamanan bersenjata berjaga di tempat kejadian, tapi tak ada bekas-bekas yang mengingatkan telah terjadi penembakan di masjid itu, peristiwa terburuk di Selandia Baru.
Aden Diriye, yang kehilangan putranya yang berusia tiga tahun, Mucad Ibrahim, dalam serangan itu, kembali ke masjid tersebut bersama dengan teman-temannya.
"Saya sangat bahagia," katanya setelah shalat. "Allahu Akbar. Saya kembali segera kami bangkit kembali, untuk berdoa."
Sebagian besar korban penembakan, yang dengan cepat dikutuk Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardem sebagai serangan teroris, adalah para imigran atau pengungsi dan kematian mereka bergema ke seluruh dunia Islam.
Pangeran El Hassan bin Talal dari Yordania, yang mengunjungi Masjid Al Noor, mengatakan serangan tersebut menyerang martabat manusia.
"Ini saat kesedihan mendalam bagi kita semua, seluruh kemanusiaan," kata dia.
Polisi mengatakan mereka juga akan membuka kembali Masjid Linwood, tempat ibadah kedua yang diserang saat shalat Jumat pekan lalu. Selandia Baru berada di bawah siaga keamanan ketat sejak serangan itu dan mendorong Ardern bergerak cepat dengan pemberlakuan undang-undang ketat yang melarang sebagian senjata digunakan pada 15 Maret.
Ashif Shaikh, yang berada di Masjid Al Noor pada hari pembataian itu dan kembali pada Sabtu, mengatakan ia tidak akan gentar. Dua orang asisten rumah tangganya tewas dalam peristiwa tersebut.
"Inilah tempat kami berdoa, tempat kami bertemu, dan kami akan kembali ya," kata dia.
Pada Sabtu pagi, sekitar 3.000 orang melakukan "gerak jalan untuk cinta" melintasi Christchurch sementara kota itu berusaha bangkit dari tragedinya.
Dengan membawa poster-poster bertuliskan "Dia ingin memecah belah kami, dia hanya membuat kami lebih kuat", "Kaum Muslim selamat datang, rasis tidak", dan "Kia kaha" yaitu kata dalam bahasa Maori yang berarti "tetap kuat', orang-orang berjalan sebagian besar diam atau menyanyikan lagi himne perdamaian dalam bahasa Maori.
"Kami merasa seperti kebencian telah membawa banyak kegelapan pada saat-saat seperti ini dan cinta adalah obat terkuat untuk menerangi kota keluar dari kegelapan," kata Manaia Butler, 16 tahun, salah seorang penyelenggara gerak jalan.
Selandia Baru dan Ardern telah mendapat pujian bagi simpati dan persatuan dalam menanggapi serangan-serangan tersebut.
Raja Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum mengucapkan terima kasih kepada Ardern di Twitter Jumat malam.
Dia mengunggah sebuah foto Burj Khalifaworld di Dubai, gedung tertinggi di dunia, dengan foto Ardern yang memeluk seorang wanita berukuran besar.
Di foto tersebut tertulis kata "salam" dalam bahasa Arab yang berarti "damai" di atas mereka.
"Terima kasih kepadamu @jacindaardern dan Selandia Baru atas empati tulus dan dukunganmu yang telah mendapat pujian dari 1,5 miliar orang Islam setelah serangan teroris tersebut yang mengagetkan komunitas Muslim di seluruh dunia," cuitnya di Twitter.
Berdasarkan sensus 2013, jumlah orang Islam sebanyak 1 persen dari 4,8 juta penduduk Selandia Baru. Sebagian besar dilahirkan di luar negeri.
Pada Jumat, azan disiarkan ke seluruh negeri melalui televisi dan radio dan sekitar 20 ribu orang mengikuti shalat di lapangan di seberang Masjid Al Noor sebagai tanda solidaritas. Di antara para jamaah, banyak wanita berjilbab untuk menunjukkan dukungan mereka.