Kamis 28 Mar 2019 15:06 WIB

Kampanye di Bandung, Prabowo: Aher Pantas Jadi Menteri?

Kampanye terbuka Prabowo hari ini digelar di Lapangan Sidolig, Kota Bandung.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Calon Presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa massa pendukungnya pada acara Rapat Akbar Prabowo Sandi, di Stadion Sidolig, Kota Bandung, Kamis (28/3).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Calon Presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa massa pendukungnya pada acara Rapat Akbar Prabowo Sandi, di Stadion Sidolig, Kota Bandung, Kamis (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Calon Presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto meminta pendapat dari para pendukungnya mengenai sejumlah nama untuk menjadi menteri bilamana terpilih menjadi presiden dalam Pilpres 2019. Hal tersebut terjadi dalam Rapat Akbar Prabowo-Sandiaga Uno di Lapangan Sidolig, Kota Bandung, Kamis (28/3).

Rapat Akbar tersebut, dihadiri pula oleh sejumlah tokoh penting dari partai koalisi Prabowo-Sandi, di antaranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Zulkifli Hasan dan Ahmad  Heryawan (Aher). "AHY pantas enggak jadi menteri? jangan karena ganteng ya, tapi dia lulusan Harvard University. Kita tahu, berapa orang Indonesia yang lulus dari Harvard dalam setiap tahunnya, paling satu atau dua (orang)," ujar Prabowo.

Baca Juga

Selain AHY, Prabowo menilai beberapa tokoh yang hadir pada kesempatan ini memiliki kompetensi untuk masuk dalam kabinet pemerintahan. Tak terkecuali Ahmad Heryawan (Aher) sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2013 - 2018.

"Aher bagaimana pantas enggak kalau kita angkat jadi menteri? Dua kali menjabat sebagai gubenur (Jabar) luar biasa)," kata Prabowo.

Prabowo mengatakan, masyarakat Indonensia tidak boleh asal-asalan dalam memilih calon pemimpin termasuk mengangkat menteri pada kabinet pemerintahan. "Jangan beli kucing dalam karung," katanya.

Prabowo pun, akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu yang mesti diupayakan oleh pada pemimpin. Sebab, negara ini akan kian kuat andaikata masyarakatnya sejahtera.

"Rakyatnya sejahtera kalau uangnya berada di Indonesia enggaku keluar terus. Kalau keluar terus ibarat darah kita keluar setiap hari, ujungnya kita buruk kita Kolaps," paparnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement