REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meyakini pendidikan dan kebudayaan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu untuk meningkatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan, diperlukan kesungguhan dalam menata mengelolanya.
"Sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, berkarakter dan berdaya saing," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Harris Iskandar di Medan, Sumatra Utara, Ahad (31/3).
Mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan yang digelar di Lapangan Benteng Medan, ia mengatakan, semua pihak harus bersyukur atas berbagai capaian di bidang pendidikan dan kebudayaan. "Mulai dari PAUD-nya, sekarang PAUDisasi, yakni anak umur 5-6 tahun wajib ikut PAUD. SD dan SMP yang APK(Angka Partisipasi Kasar)-nya sudah 100 persen Hanya saja kita masih punya tantangan di SMA dan SMK. SMK secara nasional baru 86 pesen," katanya.
Ia mengatakan, dengan PAUDisasi, kesiapan belajar anak-anak akan semakin meningkat sehingga drop out tidak akan terjadi lagi. "Kita akan menyambut masa depan yang lebih cerah untuk Indonesia yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing," katanya.
Menurut dia, selain capaian mutu dan akses bagi peserta didik, kepedulian terhadap kesejahteraan guru turut menjadi perhatian besar pemerintah."Capaian tadi juga sudah menyampaikan bagaimana posisi dan peran guru di Indonesia yang sudah jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dua pertiga anggaran kita untuk guru dan ini akan kita teruskan seiring dengan meningkatnya anggaran," tuturnya.
Demikian juga halnya dengan pemajuan kebudayaan yang menurut dia, merupakan hal penting karena salah satu ciri bangsa yang besar dan kaya adalah bangsa yang berbudaya."Jadi kalau Amerika itu adalah superpower dalam bidang militer, Indonesia adalah superpower dalam bidang budaya. Itu yang bicara bukan kami, melainkan Asisten Dirjen Kebudayaan UNESCO, Francesco Bandarin. Oleh karena itu, mari kita lestarikan sebagai modal kita untuk membangun Indonesia yang lebih baik," katanya.