REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Usep S Ahyar mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sejak awal menyadari bahwa Partai Demokrat tidak mendapatkan efek ekor jas (coattail effect) dari Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Oleh karena itu, SBY lebih fokus mengurus partainya daripada BPN.
Pernyataan Usep disampaikan menyusul surat SBY kepada Amir Syamsudin, Syarief Hassan, dan Hinca Pandjaitan. Dalam suratnya, SBY menghimbau pimpinan Demokrat untuk memberikan saran kepada Prabowo Subianto. Saran tersebut perihal bentuk kampanye yang lebih inklusif dan mencerminkan keberagaman.
Usep menilai ketidaksetujuan SBY terhadap BPN sudah lama terlihat. Hal itu dapat dibaca dari sikap SBY yang mengedepankan partainya. Usep mencontohkan, SBY membiarkan anggota Demokrat yang menyeberang ke kubu Joko Widodo.
"Ia tidak menghukum kadernya yang menyeberang ke 01. Ia lebih peduli ke Demokrat. Pemilih Demokrat juga terbelah, dalam survei menunjukkan itu," kata Usep kepada Republika.co.id, Senin (8/4).
Selanjutnya, pria yang juga merupakan direktur riset Populi Center itu menambahkan, Partai Demokrat mengusung ideologi Nasionalis-Religius. Namun SBY lebih mengedepankan karakter nasionalis. Menurutnya, surat SBY merupakan bentuk kegelisahan seorang negarawan terhadap penggunaan politik identitas.
"Jadi Pak SBY lebih mendukung untuk mengedepankan visi misi dari pada menggunakan politik Identitas," tuturnya.
Di sisi lain, Usep mengatakan, surat SBY bisa dimaknai pula sebagai sarana bagi Demokrat untuk mendongkrak popularitas. Dengan adanya surat tersebut, nama Demokrat terus menerus diperbincangkan. Hal itu merupakan cara SBY untuk menunjukkan bahwa ia turut serta berkampanye.
"SBY ingin Demokrat terus dibicarakan sama orang, sehingga mendongkrak popularitas partainya. Harap dicatat, orang politik itu, semuanya bisa dikapitalisasi," ucap Usep.