REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Presiden Sudan Omar al-Bashir dilaporkan telah mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (11/4). Keputusan itu diambil setelah Sudan dikoyak aksi demonstrasi selama berbulan-bulan.
Menurut sejumlah sumber di pemerintahan yang berhasil dikutip Reuters, saat ini konsultasi sedang dilakukan untuk membentuk dewan transisi. Namun, masih belum ada konfirmasi resmi terkait keterangan tersebut.
Sementara itu, militer Sudan mengatakan pihaknya akan segera mengumumkan informasi penting. "Tentara Sudan akan segera mengeluarkan pernyataan penting. Tunggu hal tersebut," kata pembawa acara berita di stasiun televisi pemerintah, dilaporkan laman Aljazirah.
Kontributor Aljazirah menyebut, penjagaan di Ibu Kota Khartoum sangat ketat. Terdapat banyak truk militer di sekitar jalan-jalan utama kota. Sebagian besar jalan telah diblokir, terutama yang mengarah ke markas besar tentara.
Rakyat di sana dilaporkan menunggu dengan antusias pengumuman penting yang hendak disampaikan militer Sudan. Mereka sangat yakin bahwa Bashir akan mengundurkan diri dari jabatannya.
"Kami akhirnya memenangkan pertempuran ini, kami banyak berjuang, dan kami banyak menderita, tapi semuanya harus berakhir," kata Fathia Imam (45 tahun), warga Sudan yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi di Khartoum.
Aktivis politik Sudan Abdul Galil Ahmed mengaku mengkhawatirkan nasib perlawanan masyarakat bila Bashir telah ditumbangkan. Ia cemas sekutu atau kroni Bashir tetap berada di tubuh pemerintahan. "Karena kami ragu rezim akan digulingkan secara keseluruhan," ujarnya.
Gelombang demonstrasi yang terjadi di Sudan selama berbulan-bulan dipicu oleh kenaikan harga roti. Aksi massa menjalar dan menyerukan pengunduran diri Omar al-Bashir yang telah memerintah selama 30 tahun.
Jika benar-benar mundur, militer diprediksi akan mengambil alih pemerintahan. Hal itu telah disampaikan oleh menteri produksi dan sumber daya ekonomi Sudan Adel Mahjoub Hussein.