REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta agar masa tenang pemilu bisa benar-benar dimanfaatkan sebagai masa untuk menurunkan tensi politik. Haedar mengimbau jangan sampai ada gerakan-gerakan yang membuat suasana yang tidak kondusif.
''Masa tenang adalah masa yang memang diberlakukan untuk menurunkan tensi politik. Untuk itu, para kontestan, pendukung dan tim suskees dan kontestan, hatus memanfaatkan waktu masa tenang ini untuk mencipatakan suasana yang aman dan damai,'' jelasnya, saat menghadiri acara pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu (13/4).
Dia menyebutkan, selama masa kampanye terbuka berlangsung, telah terjadi berbagai hal sebagai ekses persaingan antarkontestan. Antara lain seperti gesekan antar pendukung maupun saling adu argumentasi yang keras.
Namun pada masa tenang ini, Haedar menyebutkan, hal-hal seperti itu mestinya sudah tidak terjadi lagi. ''Masyarakat harus betut-betul dibuat semmua tenang. Jangan ada kelompok-kelompok yang membuat gerakan sehingga suasana menjadi tidak kondusif,'' jelasnya.
Demikian juga pada saat pemungutan suara dilaksanakan, dia meminta seluruh warga bangsa untuk aktif menggunakan hak pilihnya dan tidak golput. ''Aspirasi dan pilihan politik setiap orang tentu berbeda-beda. Tapi mestinya, setiap orrang bisa saling menghormati pilihan masing-masing dengan sikap dewasa, toleran dan tidak saling merendahkan, apalagi bermusuhan,'' tegasnya.
Kepada penyelenggara pemilu, Haedar meminta lembaga KPU dan Bawaslu betul-betul bisa bekerja secara seksama menjalankan tugas sesuai konstitusi. KPU harus bisa mengantar proses demokrasi bukan hanya berlangsung sukses, tapi juga harus mampu membangun kebersamaan bangsa.
Sedangkan kepada Bawaslu, Haedar meminta agar lembaga tersebut bisa menjalankan fungsi kontrol dan pengawasannya sesuai tupoksinya. Bawaslu, harus bisa berdiri tegak di atas semua golongan dan konstestan.
''Jadi prinsipnya, penyelenggara pemilu harus bisa menciptakan suasana pemilu yang jurdil dan transparan,'' tegasnya.
Terkait dengan hasil pemilu, Haedar berharap siapa pun yang memproleh mandat sebagai pengemban amanah, agar bisa menerima mandat tersebut dengan rendah hati, tidak euphoria, maupun menunjukkan arogansi. Sedangkan yang tidak memperoleh mandat, harus bisa menerima dengan jiwa besar, dengan sikap kenegarawanan dan menghormati hasil pemilu.
''Bila ada yang tidak puas dengan hasil pemilu, ada mekanisme yang bisa ditempuh. Baik melalui Mahkamah Konstitusi, maupun koridor hukum lainnya. Tak perlu lagi melakukan ikhtiar-ikhtiar yang sifatnya konsolidasi massa,'' jelasnya.