REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu penerima Anugerah Tokoh Perubahan Republika 2018, Yenny Wahid, mengaku program Desa Damai yang ia gagas telah memberi penguatan ekonomi pada masyarakat. Ini menyebabkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Women melirik program ini dan diminta diterapkan di Afrika.
Yenny mengatakan, pihaknya berupaya memastikan bangsa ini rekat kembali dan penuh toleransi. Karena itu, salah satu cara yang dilakukan adalah membuat program Desa Damai.
Ia menyebut Desa Damai ini memiliki empat pilar. Pertama penguatan ekonomi dalam artian memberikan akses permodalan, ekonomi dan lain-lainnya, kedua pilar penguatan peran perempuan, pilar ketiga penguatan peran aparatur daerah dan aparatur desa, dan pilar keempat adalah penguatan nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat.
"Hingga saat ini, sebanyak 30 desa bergabung," katanya saat berbicara di acara penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2018 di DJakarta Theatre XXI, di Jakarta, Rabu (24/4) malam.
Hasilnya, ia menyontohkan salah satu peserta Munah yang dulu rumahnya beralaskan tanah dan sekarang memiliki rumah yang nilainya Rp 60 juta. Ia juga menyebut peserta lain Anita yang dulunya dikucilkan oleh tetangganya karena perbedaan keyakinan dan sekarang rumahnya menjadi tempat berkumpulnya warga untuk menjalani Klaten ekonomi bersama.
"Ini momen kebahagiaan kecil kami dan kontribusi kecil kami untuk membangun kohesi sosial di tingkat masyarakat," ujarnya. Bahkan, ia menyebut keberhasilan Desa Damai membuat PBB melalui UN Women melirik program ini dan diminta PBB untuk diaplikasi ke Afrika.
Sebelumnya ada lima tokoh yang mendapat penghargaan Tokoh Perubahan Republika 2018 pada malam hari ini yakni Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah, Sorong, Papua Barat Rustamadji; Ketua Hipmi Bahlil Lahadila; Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan, Yogyakarta Ustaz HM Jazir ASP; Pendiri The Wahid Foundation Yenny Wahid, dan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.