REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seluruh perbuatan Rasulullah Muhammad SAW di hadapan umum merupakan suri teladan yang baik. Dengan menirunya, setiap insan dapat memeroleh manfaat, tak hanya di dunia, melainkan juga akhirat. Di antaranya dalam hal belajar-mengajar.
Sebagai pendidik, Nabi Muhammad SAW menerapkan sejumlah prinsip yang dapat ditiru oleh orang-orang saat ini. Pertama-tama, soal kemudahan akses. Rasulullah SAW hidup berbaur dengan umatnya, baik di Makkah, Madinah, atau di daerah manapun yang sempat disinggahi beliau.
Dalam memberikan pengajaran, Rasulullah SAW tidak menempatkan hijab antara diri beliau dan para sahabat. Nabi SAW juga tidak pernah menghalangi seseorang dari menjumpai beliau hanya lantaran status sosialnya.
Malahan, Rasulullah SAW memilih tempat-tempat yang strategis sebagai lokasi majelis ilmu. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW sempat memakai rumah seorang sahabatnya, al-Arqam. Rumah tersebut dijadikannya tempat majelis mengajarkan Alquran ketika di Makkah.
Saat itu, Islam masih disebarluaskan dengan cara sembunyi-sembunyi demi menghindari konflik terbuka dengan kaum musyrik. Kondisi umat memang masih lemah, sehingga rawan dipersekusi. Namun, segala dominasi dan hegemoni pemuka Quraisy tak menyurutkan semangat dakwah dan keilmuan dari diri baginda shalallahu 'alaihi wasallam.
Tidak jarang pula rumah Nabi Muhammad SAW sendiri yang menjadi lokasi majelis. Ketika Islam mulai kukuh, utamanya selama di Madinah, masjid menjadi lokasi yang lebih kerap dipilih Nabi SAW sebagai tempatnya mengajarkan Alquran serta menyampaikan pesan-pesan. Biasanya, kegiatan ini dimulai setelah pelaksanaan shalat berjamaah.