REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Uni Eropa menyerukan agar Hamas dan Jihad Islam menghentikan serangan roket ke Israel. Dalam eskalasi terbaru di Jalur Gaza, Uni Eropa menegaskan dukungannya untuk Tel Aviv.
“Uni Eropa menegaskan kembali komitmen fundamentalnya untuk keamanan Israel,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini pada Ahad (5/5), dilaporkan Anadolu Agency.
Dia menilai, serangan-serangan roket yang dilancarkan Hamas dan Jihad Islam memprovokasi Israel. Hal itu juga turut memicu terjadinya kekerasan dan konflik yang tiada akhir.
Dengan demikian, warga sipil Palestina di Jalur Gaza juga harus menanggung beban penderitaan akibat pertempuran tersebut. “Uni Eropa menegaskan kembali dukungan penuhnya pada dorongan Mesir dan PBB untuk mengurangi ketegangan di Gaza serta mengharapkan para pihak untuk bekerja dengan mereka guna memulihkan ketegangan,” kata Mogherini.
Ia menyerukan masyarakat internasional menyalurkan bantuan kepada korban terdampak konflik di Gaza. “Dan bekerja sama dengan mereka yang melayani tujuan perdamaian,” ujarnya.
Pertempuran di Gaza berlangsung sejak Sabtu pekan lalu. Israel menggempur Gaza setelah wilayahnya diserang roket oleh Hamas. Peperangan kian mematikan pada Ahad. Setelah Israel melancarkan serangan udara, faksi-faksi perlawanan Palestina di Gaza meluncurkan 600 roket ke permukiman Israel. Aksi saling balas serangan itu dilaporkan menyebabkan 16 warga Palestina dan empat warga Israel tewas.
Sejak Maret 2018, situasi di Gaza, khususnya di dekat perbatasan dengan Israel telah memanas. Hal itu dipicu oleh digelarnya aksi bertajuk Great March of Return oleh warga Palestina di sana. Dalam aksi itu, mereka menuntut Israel mengembalikan lahan dan tanah yang didudukinya pasca-Perang 1967 kepada para pengungsi Palestina. Selain itu, warga Palestina juga menyuarakan protes atas keputusan AS memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Namun, aksi demonstrasi yang berlangsung di sepanjang perbatasan Gaza-Israel itu direspons secara represif oleh Israel. Mereka menembaki para demonstran dengan peluru tajam. Sebanyak 189 warga Palestina tewas sepanjang aksi Great March of Return dilaksanakan. Sementara sekitar 6.016 lainnya mengalami luka ringan dan berat. PBB telah menyatakan bahwa tindakan Israel terhadap para demonstran Great March of Return merupakan kejahatan perang.