REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Presiden 02 Prabowo Subianto mendatangi DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan pada Rabu (8/5) siang. Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Almuzzammil Yusuf mengatakan kedatangan Prabowo sebatas dalam rangka silaturahim dengan para petinggi dan kader PKS.
Almuzzammil mengatakan, dalam pertemuan ini turut dihadirkan ahli bernama Soegianto. Tujuannya untuk mencocokkan perhitungan C1.
Nama Soegianto Soelistiono sebagai salah satu tenaga pendidik di Universitas Airlangga ramai di dunia maya. Sosok tersebut dibicarakan lantaran kerap kali melancarkan protes Sistem Informasi Penghitungan Suara Komisi Pemilihan Umum (Situng KPU) lewat media sosial. Dalam media sosial Facebook, dia kerap dipanggil dengan sebutan ‘Profesor Soegianto’.
Sebelumnya, Soegianto Soelistiono mengunggah protes di laman Facebook-nya, Rabu, 1 Mei 2019. Soegianto yang kerap disebut pakar Informasi Teknologi Unair itu mengklaim menemukan salah input sebanyak 57.794 suara dalam Situng KPU.
"Ini silaturahim saja. Ahli IT beri masukan ke tim IT kami. Tamu hadir Amien, Fuad Bawazier dengan pimpinan PKS ada Pak Sohibul, Pak Hidayat, Pak Sekjen. Mereka ingin minta info ke tim IT kami," katanya saat menemui wartawan.
Almuzzammil mengklaim Soegianto sebagai ahli statistik yang termasuk Relawan Ganti Presiden. Soegianto bakal memaparkan masukannya terkait proses perhitungan suara terkini. Prabowo dan petinggi BPN diharapkan ikut memberi masukan.
"PKS siap terima masukan," ujarnya.
Di sisi lain, Almuzzammil enggan merinci pertemuan akan membahas kelanjutan koalisi dengan Gerindra. "Pertemuan ini adalah intinya pada yang bertamunya Profesor Sugianto," ucapnya.
Terpantau, menantu Presiden ke-2 RI Soeharto itu tiba pukul 13.50 WIB dengan mengenakan pakaian safari. Prabowo diterima kedatangannya oleh Presiden PKS Sohibul Iman, Tifarul Sembiring, Hidayat Nur Wahid beserta petinggi PKS lainnya.
PKS adalah salah satu parpol dalam koalisi Adil dan Makmur yang mengusung Prabowo dan Sandiaga Uno sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019. Selain PKS, dalam koalisi itu terdapat pula Gerindra, Demokrat, PAN, dan Berkarya. Pasca hari pencoblosan pemilu pada 17 April lalu, beredar kabar retaknya koalisi Adil dan Makmur.