Sabtu 18 May 2019 16:40 WIB

Kementan Motivasi Kaum Milenial Terjun Ke Sektor Pertanian

Kekhasan petani muda adalah kemampuan mereka dalam berinovasi

Red: EH Ismail
Kementan memberikan motivasi kepada para petani muda di Sulsel
Foto: Humas Kementan
Kementan memberikan motivasi kepada para petani muda di Sulsel

REPUBLIKA.CO.ID, GOWA — Kementerian Pertanian (Kementan) terus membuktikan komitmennya dalam mencetak petani-petani muda di segala penjuru Indonesia, termasuk di provinsi Sulawesi Selatan. Keseriusan Kementan mencetak petani dari generasi milenial diwujudkan dalam sejumlah kebijakan dan program. 

Salah satu bukti nyatanya adalah mengubah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) menjadi Polbangtan. Perubahan berimplikasi pada sejumlah hal substansial, antara lain kurikulum.  “Bila dulu kurikulum diisi teori sebanyak 60 persen dan sisanya praktik, sekarang justru sebaliknya. Kurikulum didominasi praktik dan hanya menyisakan 30 persen teori,” jelas Syaifuddin. 

Dengan perubahan komposisi muatan praktik dan teori, penyusunan kurikulum tidak sepenuhnya diserahkan kepada internal Polbangtan. Pihak swasta dan perguruan tinggi juga ikut dilibatkan. 

“Mahasiswa kami dulunya berangan-angan menjadi PNS. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Kami dorong mereka menjadi petani milenial, yaitu agropreneur yang bisa menciptakan lapangan kerja di bidang pertanian,” tandas Syaifuddin. 

Selain menambah bobot praktik pada kurikulumnya, Polbangtan juga berupaya menumbuhkan minat para mahasiswa untuk bertani dengan memberikan  bantuan modal.

“Kami siapkan modal sekitar 15-30 juta rupiah bagi mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang tertarik menjadi agropreneur,” ungkap Direktur Polbangtan Gowa Syaifuddin, saat menjadi pemateri di acara Bincang Asyik Pertanian (BAKPIA) di Gowa, Jumat (17/5). 

Kesempatan untuk mendapatkan modal tidak hanya diberikan untuk para mahasiswa Polbangtan, tapi juga mahasiswa jurusan pertanian dari perguruan tinggi yang menjadi mitra polbangtan. Untuk mendapatkan modal tersebut, para mahasiswa disyaratkan untuk mengikuti mata kuliah kewirausahaan. 

Pada kesempatan yang sama, perwakilan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Ismaya Parawansa menyebutkan Kementan  menargetkan sebanyak 1 juta petani atau sebanyak 40.000 kelompok tani (poktan) milenial akan lahir pada tahun 2019. Menelisik capaian hingga pertengahan tahun ini, target tersebut diyakini dapat tercapai. 

“Berdasarkan identifikasi petani milenial yang dilakukan hingga 30 April kemarin, tercatat sudah ada 28.540 poktan. Ini berarti 63,9 persen dari target yang ditetapkan,” ungkapnya. 

Sejak mencanangkan target mencetak 1 juta petani milenial, Kementan melalui BPPSDMP terus menggiatkan program Penumbuhan dan Penguatan Petani Milenial untuk menumbuhkan minat generasi muda bekerja di bidang pertanian.

Pelaksanaan program ini digerakkan di seluruh provinsi di Indonesia dimulai dari Aceh sampai ke Papua. “Kami membaginya ke dalam zona kawasan jenis komoditas pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan,” sambung Ismaya. 

Setiap zona mendapatkan jenis bantuan yang berbeda. Untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, kelompok tani milenial akan mendapat bantuan benih. Sementara peternakan mendapatkan bantuan ternak, seperti sapi, kambing, dan ayam. 

 

Sebelum mendapatkan bantuan, kelompok tani milenial terlebih dahulu diberikan pembekalan dan bimbingan teknis (bimtek) sesuai dengan bidang pertanian yang ditekuninya. Bimtek diselenggarakan tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas, keterampilan, sikap dan pengetahuan petani, tapi juga mengubah pola pikir dan meningkatkan kapasitas seorang petani ke arah yang lebih modern. 

Pendampingan

photo
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerahkan Penghargaan Tertinggi Anugerah Parahita Ekapraya (APE) Tahun 2018 Kategori Mentor kepada Menteri Pertanian yang diwakili Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri di Istana Wakil Presiden di Jakarta, Rabu (19/12).

Tak hanya pembekalan, Kementan juga turut mendampingi petani saat turun ke lapangan Guna peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, peran Penyuluh Pertanian sangat strategis sebagai pendamping petani. Salah satunya dalam melatih penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) kepada para petani millenial.

Kementan mendefinisikan petani milenial sebagai 19 – 39 tahun atau petani yang tidak berada dalam range umur tersebut tetapi berjiwa milenial, tanggap teknologi digital, dan tanggap alsintan. 

“Semangat millenial yang dianggap fasih mengadopsi teknologi dalam beragam aspek bisnis akan membawa pembaruan dalam pembangunan pertanian kedepan,” tuturnya. 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri menyebutkan kekhasan petani muda adalah kemampuan mereka dalam berinovasi dan menggunakan teknologi. 

“Saat ini generasi muda banyak bergerak di bidang pertanian. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda dengan usia senior. Kita harus membekali tenaga muda kita yang turun ke sektor pertanian,” tutur Boga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement