REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) meminta semua pihak tetap tenang dan menjaga kondusivitas di Indonesia. Tidak terpancing dengan menyebar informasi yang tidak benar terkait suasana kerusuhan yang terjadi di sebagian wilayah ibu kota.
Koordinator Nasional JIB, Abdullah Sumrahadi, meminta masyarakat bisa menahan diri dan tidak terprovokasi. Dia berharap, momentum puasa Ramadhan membuat masyarakat tidak bertindak negatif. Dimana demokrasi memberi ruang terbuka, dan puasa memberikan ajaran untuk menahan diri.
"Hasil resmi KPU tentang Pemilu 2019 meskipun menimbulkan penolakan dan penerimaan harus dianggap sebagai hal wajar dalam alam keterbukaan. Tetapi perlu ditegaskan garis pemisah antara ekspresi kebebasan dan kriminalitas," kata Abdullah Sumrahadi dalam keterangan kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (23/5).
Karena itu, dia berharap dalam situasi saat ini aparat, baik kepolisian maupun TNI bisa bersikap bijak. Melakukan tindakan persuasif, namun tetap tegas bagi para kriminal dan penghasut demokrasi yang menumpang di dalam ekspresi gerakan aksi ini.
Namun dia juga berharap aparat bisa menindak tegas dalang intelektual sumber kericuhan yang terjadi di Jakarta tersebut. "Bagaimanapun aparat perlu teliti dengan rinci bertindak, beserta alat bukti yang cukup untuk menindak," katanya mengingatkan.
Lebih dari itu, lanjutnya, kemenangan dan penerimaan atas hasil dari pesta demokrasi merupakan kemenangan semua rakyat Indonesia. Untuk itu kesabaran dan keikhlasan diperlukan demi utuhnya Indonesia, dan hal ini dipakai sebagai sarana untuk mematangkan demokrasi.
Deklarator JIB, Dina Afrianty, mengajak semua pihak menjaga suasana ramadhan, untuk tetap bersatu dan menjaga hubungan sosial yang semakin erat. "Hormati demokrasi yang telah susah payah diraih dengan menghormati semua lembaga negara khususnya yang bersangkutan dengan proses Pemilu kali ini," ujar peraih beasiswa di La Trobe University, Australia ini.
Suasana setelah pengumuman hasil rekapitulasi pemilu 2019 telah resmi diumumkan KPU pada Selasa (22/5) dini hari. Namun setelah beberapa jam, massa pendukung pasangan calon 02, kembali melakukan aksi pada Selasa siang di depan Bawaslu hingga malam. Kerusuhan pecah jelang Rabu dini hari di sekitaran Bawaslu yang berlanjut hingga siang ini.