Kamis 13 Jun 2019 17:58 WIB

Gedung dan Restoran Diminta Inisiatif Kurangi Sampah

Sumber sampah terbesar kedua berasal dari kawasan komersial sebesar 28,7 persen

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah petugas kebersihan mengangkut sampah di Jembatan Multiguna (JPM) Skybridge, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (14/5).
Foto: Republika/Fakhri Hermansyah
Sejumlah petugas kebersihan mengangkut sampah di Jembatan Multiguna (JPM) Skybridge, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meminta inisiatif gedung dan restoran di Ibu Kota untuk mengurangi sampah. Diantaranya seluruh restoran dan kafe serta gedung perkantoran, hotel, kawasan komersil, mal, dan rumah sakit di Jakarta.

"Jadi ada program ini kita akan berkompetisi inisiatif-inisiatif seperti apa dan dari situ para stakeholder dalam hal ini buildings dan restoran itu akan mengambil peran," ujar Plt Kepala DLH DKI, Andono Warih di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (13/6).

Ia menjelaskan, berdasarkan data kajian DLH pada 2011 lalu, sumber sampah terbesar kedua berasal dari kawasan komersial atau dunia usaha sebesar 28,7 persen. Sementara sumber sampah dari kawasan permukiman menjadi nomor satu sebanyak 60,5 persen.

Dalam setahun, sampah komersial dapat membangun 10 gedung tertinggi di Indonesia. Sehingga untuk dua hari, DKI Jakarta dapat menghasilkan sampah sebesar Candi Borobudur.

Kemudian, 52 persen sampah di DKI adalah sampah makanan. Disebut dari hasil kajian pengukuran timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah di tempat penampungan sampah sementara (TPS) pada 201.

Sementara, menurut hasil survei DLH DKI pada 2019, sampah sisa makanan 28 persen diantaranya dari Jasa Penyedia Makanan seperti restoran dan kafe. Hanya 0,01 persen sampah sisa makanan dari Jasa Penyedia Makanan yang terolah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement